![]() ![]()
Friday, 23.09.2005 13:46
Analisa Film : As Good as its GetFilm “As Good as its Get” ini menceritakan kisah kehidupan Mr. Melvin Udall (Jack Nicholson) yang menderita gangguan obsesi-kompulsif. Mr. Udall dikenal sebagai orang yang tidak disenangi oleh orang di sekitarnya karena perilakunya yang kasar, tidak ramah, egois dan senang membuat orang lain susah. Sebagai penderita gangguan obsesi-kompulsif, Mr. Udall memiliki berbagai ritualitas, salah satunya yaitu makan di restoran yang sama, dengan tempat duduk yang sama, pada jam yang sama, dan dilayani oleh pramusaji yang sama pula, yaitu Carol (Helent Hunt). Kehidupan dalam ritualitas obsesi-kompulsifnya mulai berubah ketika tetangganya, Simon (Greek Kinnear) yang juga seorang seniman mengalami musibah. Simon menjadi korban perampokan dan penganiyaan sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit. Anjing Simon yang bernama verdell terpaksa harus dititipkan kepada orang lain. Oleh karena tidak ada yang mau memelihara anjing itu untuk sementara waktu akhirnya manager Simon memaksa Mr. Udell untuk memeliharanya. Pada awalnya Mr. Udall tidak menyukai verdell, namun seiring dengan waktu akhirnya Mr. Udall sangat akrab dengan verdell. Bahkan anjing itu lebih memilih Mr. Udall daripada pemiliknya sendiri yaitu Simon.
Carol pun sangat berterima kasih dengan hal itu meskipun sebenarnya ia tidak menyenangi sifat – sifat Mr. Udall. Di lain pihak Mr. Udall juga kasihan dengan Simon, tetangganya yang mengalami kebangkrutan dan kesepian. Tawaran manager Simon untuk mengantarkan Simon ke kota asalnya agar Simon bisa meminta uang kepada orang tuanya, diterima oleh Mr. Udall dengan motif untuk bisa berdekatan dengan Carol yang ikut dalam perjalanan itu. Pada awalnya Mr. Udall senang karena semua berjalan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkannya. Namun kedekatan Carol dengan Simon membuat Mr. Udall tidak bisa mengelak bahwa dia mencintai Carol. Akhir kisah ini yaitu Mr. Udall memberanikan dirinya untuk membuat suatu perubahan kecil dan keluar dari ritualitasnya dengan mengatakan kebaikan orang lain demi cintanya pada Carol. Dalam film ini ditunjukkan bagaimana cinta dan kedekatan dengan orang lain dapat mengubah perilaku seseorang sekalipun ia menderita gangguan obsesi-kompulsif yang parah. ANALISA:
Dalam Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, gangguan obsesif-kompulsif digolongkan dalam gangguan neurotik dengan kode F.42. Sedangkan dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” edisi keempat (DSM-IV) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), gangguan obsesif kompulsif digolongkan ke dalam kelompok gangguan kecemasan. Namun, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa gangguan obsesif kompulsif bertumpang tindih dengan depresi. Artinya, gangguan obsesif kompulsif berkaitan dengan perasaan negatif yang kuat, meliputi kecemasan dan juga kemurungan. Perasaan seperti rasa bersalah, rasa tidak berdaya, dan ketakutan irasional hampir selalu menyertai gangguan ini. Jadi, gangguan akan makin sulit diatasi bila perasaan yang menyertainya makin mengkristal. Penyandang gangguan obsesif kompulsif sangat tersiksa oleh pikiran-pikiran yang terus menerus memaksanya melakukan tindakan tertentu secara berulang tanpa ia kehendaki. Pikiran yang terus berulang dan sulit ditepis ini yang disebut sebagal obsesi. Bila pikiran ini sudah diwujudkan dalam bentuk tindakan berulang –yang sebenarnya tidak perlu, tidakan inilah yang disebut kompulsi. Penderita biasanya menyadari bahwa tindakannya berlebihan dan menghambat aktivitas sehari-hari. Namun, kesadaran penderita akan ketidakefektivan perilakunya tak secara otomatis membuatnya mampu melepaskan diri dari tindakan-tindakan aneh ini. Ada kalanya usaha yang keras menghindarkan gangguan pikiran seperti ini justru mengakibatkan penderita makin terjebak dalam ritual yang mungkin lebih parah lagi. Beberapa gangguan di otak, seperti misalnya infeksi, cedera, dan tumor otak dapat turut menyumbang terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Selain itu, faktor genetik juga diduga memberi sumbangan sekitar 30 persen pada jumlah penderita gangguan ini. Faktor psikologis yang bisa menyebabkan ganguan obsesi kompulsif ini yaitu kecemasan yang sangat ekstrem dan traumatik sehingga menimbulkan obsesi yang berlanjut pada perilaku kompulsi. Diperkirakan penderita gangguan obsesif kompulsif dialami oleh 2-3 persen dari populasi di seluruh dunia. Mereka yang hidup terpisah dari pasangannya, janda atau duda, dan penganggur mempunyai risiko lebih besar menderita gangguan ini. Gangguan obsesif kompulsif sering terpicu kemunculannya oleh peristiwa yang menimbulkan stres cukup besar bagi penderita, seperti misalnya terjadinya kehamilan, kematian kerabat dekat, dan sebagainya. Karena itu beberapa penderita mampu secara jelas mengisahkan sejak kapan mereka mulai melakukan perilaku ritual yang tidak menyenangkan ini. Gangguan obsesif kompulsif biasanya telah menampakkan gejalanya pada saat penderita menginjak usia remaja atau dewasa awal. Meski demikian beberapa orang telah memunculkan gejalanya sejak usia kanak-kanak. Simpton – simpton yang ditunjukan oleh penderita gangguan obsesi kompulsif, antara lain : 1. adanya obsesi, yaitu ide – ide atau impuls yang berulang kali muncul dan menetap dalam pikiran yang biasanya tidak rasional. Misalnya tangan saya akan terkontaminasi penyakit maka saya harus mencucinya segera, atau saya mungkin tidak mengunci rumah dengan benar maka saya harus mengeceknya lagi. Biasanya obsesi ini akan diikuti oleh kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan/perilaku. Dalam film itu Mr. Udall cemas dan takut jika tubuhnya kotor jika melakukan kontak dengan dunia di luar rumahnya. 2. adanya kompulsi, yaitu perilaku akibat obsesi yang dilakukan berulang kali. Perilaku kompulsi yang sering ditemui adalah mencuci dan mengecek. Beberapa perilaku kompulsi lainnya dapat berupa mengulangi suatu perilaku, menghitung ulang, dan mengatur kembali suatu barang. Kompulsi yang tampak dalam diri Mr. Udall, yaitu : Stressor atau kejadian yang membuat Mr. Udall mengalami gangguan obsesif kompulsif adalah pengalaman masa kecilnya dimana ayahnya tidak keluar kamar selama 11 tahun karena sebelumnya selalu memukul tangan Mr. Udall jika ia melakukan kesalahan dalam bermain piano. Pengalaman itu membuat Mr. Udall secara tidak sadar merasa sangat bersalah sehingga menjadi peristiwa traumatik dalam kehidupan Mr. Udall yang akhirnya menimbulkan perilaku obsesi-kompulsif. Karakter Mr. Udall adalah pemarah, suka mencampuri urusan orang lain, kasar dalam berperilaku, berani mengganggu orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ini tampak ketika kursi tempat ia biasa duduk digunakan oleh orang lain, Mr. Udall mengganggu orang tersebut sampai ia berhasil mendapatkan kursi itu. Karakter lainnya yaitu suka berprasangka dan menyindir orang lain dengan kata – kata yang pedas. Mr. Udall juga seorang pecemburu, iri hati terhadap orang lain karena merasa tidak pernah beruntung, dan sulit memuji atau menilai kebaikan orang lain. Beberapa treatmen yang diberikan pada penderita gangguan obsesif kompulsif, yaitu : 1. Terapi obat, Jika kita melihat film tersebut, Mr. Udall harus minum beberapa pil obat dalam jangka waktu tertentu. Obat – obatan yang biasanya digunakan yaitu flouxetine (ProzacR), fluvoxamine (LuvoxR), and paroxetine (PaxilR). Fungsi obat – obatan tersebut yaitu mengurangi frekuensi perilaku obsesi dan kompulsif dengan mempengaruhi hormon serotonin. 2. Terapi perilaku, Dalam terapi ini sangat dibutuhkan kerjasama penderita dengan terapis dan kesabaran penderita itu sendiri. Pendekatan yang sering digunakan adalah exposure and response prevention, dalam pendekatan ini penderita dikonfrontasikan dengan kecemasannya kemudian ketika perilaku obsesif kompulsif itu muncul maka perilaku tersebut harus dicegah sampai beberapa jam kemudian hingga kecemasannya menurun. Contohnya kebiasaan mencuci tangan setelah menyentuh berbagai benda, penderita disuruh memegang benda – benda kemudian ketika perilaku mencuci tangan itu akan muncul segera dicegah dengan mengikat tangannya atau menghalangi perilaku mencuci tangan sampai keiinginannya tersebut hilang. 3. Terapi kognitif, yaitu dengan mengubah kepercayaan dan pola pikir penderita yang negatif berkaitan dengan kecemasannya. Melalui terapi ini dibangun pola pikir yang positip dalam diri penderita sehingga kecemasannya dapat dihilangkan. Treatmen yang diberikan tidak semuanya efektif bagi penderita Gangguan Obsesif Kompulsif, ada yang cocok dengan terapi perilaku, namun ada juga yang hanya cocok dengan obat-obatan atau kedua – duanya sekaligus. Treatmen juga bisa diberikan secara bertahap misalnya dengan terapi obat dulu untuk mengendalikan simpton – simptonnya setelah itu baru dilanjutkan dengan pemberian terapi perilaku. Sosial support dari keluarga sangat dibutuhkan juga dalam treatmen penderita gangguan obsesif kompulsive ini misalnya memberikan perhatian dan kesabaran dalam berhubungan dengannya, membantu memberikan arahan yang positip dan menolak berpartisipasi dalam perilaku obsesif kompulsif penderita tersebut. Dalam film ini terlihat bahwa hubungan atau relasi dengan orang lain yang dekat dapat mengubah atau mengurangi perilaku obsesi kompulsifnya. Sumber Referensi: Tags: analisa film, gangguan jiwa, klinis, obsesif-kompulsif, psikologi
Mood : 11 Responses :
1. December 16th, 2005 at 15:41 Andi Says: assalamu’alaikum wr.wb, 2. October 19th, 2005 at 9:41 dwiAgus Says: dah nonton the AVIATOR belum? Keren juga tuh untuk dianalysa dalam konteks topik Obsesif-Kompulsif … 3. March 23rd, 2006 at 9:57 ika Says: buat andi, gangguan obsesif kompulsif memang bisa terjadi pada siapa saja. Jangan berkecil hati, kalo kebiasaan tersebut sudah sangat mengganggu, datang ke psikolog dan cobalah terapi penyembuhannya.mengenai terapi secara mendalam psikolog pasti lebih memahami terapi yang paling tepat untuk anda. Film ini sangat bagus. Masih banyak film-film psikologi lain, dengan gangguan yang lain pula. Bisa jadi referensi kita dan menambah pengetahuan, karena gangguan perilaku sering terjadi disekitar kita. 4. November 3rd, 2006 at 21:21 dewi Says: mengenai obulsif kompulsif, ada yang mau menceritakan pengalamannya gak? soalnya ada tugas kuliah nih tentang obulsif kompulsif. kalo bersedia kirim aja ke alamat email: [email protected] 5. May 20th, 2007 at 17:05 bilzy Says: Ya saya dulu jg pernah mengalami Obsessive Compulsive Disorder sperti di atas. Saya mengalaminya ketika baru memasuki masa2 SMP. Peralihan dari masa SD di mana saya selalu ditemani oleh oragtua ke sekolah ke masa SMP di mana saya mulai mandiri menjadi salah satu alasan saya mengidap gangguan itu. Selalu ada kecemasan setiap hendak pergi ke sekolah, ditambah lagi saya selalu menjadi bahan olok2 di kelas. Shg setiap hedak pergi ke sekolah rasanya takut sekali. Sebelum ke sekolah saya selalu melakukan ritual aneh, seperti mengikat tali sepatu, ke kamar mandi, menatap jam, mengecek segala sesuatunya bbrp kali sampai pada hitungan yg membuat saya tidak cemas lagi. Parahya, hitungan saya waktu itu bukan sekedar yg bisa dihitung dgn jari, tp mencapai hitungan yg sangat rumit. Kalau tidak melakukan ritual itu, saya merasa amat sangat cemas atau takut kalau2 nanti di sekolah saya dipermalukan teman2 kelas seperti biasanya. Gangguan itu pun meluas bukan hanya saat saya hendak pergi ke sekolah, tetapi jg saat hendak tidur, atau saat hendak melakukan aktivitas lainnya. Tak bisa dibayangkan betapa tersiksanya saya waktu itu. 6. May 25th, 2008 at 10:35 pury Says: ass,, 7. April 19th, 2009 at 12:50 amelia melody shafira Says: akhirnya,,,tugas kuliah ku terselesaikan berkat tulisan anda….tx bgt yaaaaaaaa….sukses!!!! 8. April 23rd, 2009 at 17:22 lisna Says: oke Mkch ya…tulisan ini bermanfaat nambah IlMu 9. January 7th, 2010 at 11:52 Atinreh dn Says: thx yaa,tulisan ini berharga buat tugas psikologi diagnostik saya 10. May 10th, 2010 at 15:30 yesha Says: penyakit ini bisa di golongkan juga ke depresi gk sih??? 11. May 29th, 2010 at 10:13 reny f Says: mohon di bantu,,mau tau obat utk penyakit Neurosa/dokter nya/cara2nya pengobatan dr pihak keluarga,thx
Leave a Reply
![]() ![]() | ![]() ![]() ![]() Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA, interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.
Categories Jangan Asal Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta. Bloglines Feedburner Get KlipFolio Get Firefox Get Opera Valid XHTML ![]() ![]() ![]() 26q. 0.110s. Powered by WordPress © 2006 All rights reserved. |