![]() ![]()
Tuesday, 07.02.2006 15:38
Kesalahan Mempersepsi Uang Kertas Rp10.000 dan Rp100.000Beberapa hari yang lalu adek saya mengeluhkan uang kertas Rp100.000 dan Rp10.000 yang baru. Kemiripan uang tersebut membuatnya bingung dan kesulitan untuk membedakan keduanya jika harus melakukan transaksi di warung lesehan pada malam hari. Bahkan beberapa warung makan pernah memberikan uang kembalian yang berlebihan pada saya karena mengira uang Rp 10.000 baru adalah uang Rp 100.000. Meskipun pada akhirnya penjual tersebut menyadari kesalahannya beberapa saat kemudian ;)
Sedangkan uang Rp10.000 yang baru diterbitkan pada tanggal 20 Oktober 2005 untuk menggantikan uang Rp10.000 tahun emisi 1998 yang telah beredar selama 7 tahun. Uang pecahan Rp 10.000 tahun emisi 2005 bergambar utama Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badaruddin II di bagian depan dan gambar Rumah Limas di Palembang pada bagian belakang. Hal yang membedakan dengan uang Rp10.000 yang lama adalah ukurannya, kini uang Rp10.000 baru memiliki ukuran yang sama dengan uang kertas lainnya mulai tahun emisi 2004. Dalam siaran persnya ketika menerbitkan uang Rp100.000 dan Rp10.000 yang baru, Bank Indonesia memberikan informasi tentang kelebihan kedua uang tersebut dibandingkan uang yang lama antara lain :
Saya sendiri sangat kagum dengan berbagai penerapan teknologi pada kedua uang tersebut sehingga sulit dipalsukan. Namun sebagai pengguna uang, tentunya saya tidak akan memperhatikan dengan detail uang yang saya terima atau saya serahkan ketika melakukan transaksi. Saya harus dengan cepat membedakan uang tersebut baik nominalnya maupun keaslian uangnya. Menurut iklan yang pernah ngetren beberapa waktu yang lalu saya harus menggunakan prosedur 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) untuk mengenali uang tersebut. Dengan prosedur 3D saya dapat mengenali uang tersebut tanpa masalah, hanya saja saya tidak bisa menemukan blind code ketika saya menutup mata dan mencoba merabanya. Saya tidak tahu apakah teman-teman tuna netra bisa mengenali uang ini dengan merabanya karena saya sebagai orang normal justru memiliki kepekaan perabaan yang rendah dibandingkan teman-teman yang tuna netra. Ketidakpekaan alat peraba membuat saya sedikit kesulitan dalam mengenali dan membedakan kedua uang ini dalam kondisi remang-remang karena adanya kemiripan bentuk, warna dan angkanya. Jika ditinjau dari sisi psikologis, seseorang mengenali dan memaknai suatu stimulus dari lingkungan melalui proses persepsi. Menurut Atkinson, persepsi adalah :
Proses persepsi melibatkan alat indera kita yang berfungsi untuk menangkap semua stimulus dari lingkungan. Lalu proses selanjutnya adalah otak mencoba melakukan lokalisasi objek dan pengenalan pola dari hasil penangkapan alat indera tersebut. Menurut Atkinson, tujuan lain sistem perceptual selain melakukan lokalisasi dan pengenalan pola adalah mempertahankan penampilan objek tetap konstan walaupun kesan pada alat indera terus menerus berubah. Contohnya : kita tetap mempersepsikan suatu benda sebagai uang meskipun benda tersebut terlihat sobek, kotor, ataupun dalam kondisi lainnya. Dalam proses pengenalan pola, ahli psikologi gestalt mengemukakan beberapa hukum gestalt yaitu Law of Proximity, Law of Closure, Law of Symmetry, Figure-Ground Segregation, Law of Good Continuation, Law of Similarity. Menurut saya hukum tutup ruang (law of closure), hukum kemiripan (law of similarity) dan prinsip persepsi gestalt tentang keseluruhan bisa menjelaskan terjadinya kesalahan persepsi terhadap uang kertas Rp10.000 dan Rp100.000 yang baru. Beberapa kemiripan uang kertas Rp10.000 dan Rp100.000 yaitu :
Adapun bunyi Hukum Kesamaan (Law of Similarity) yaitu manusia cenderung menggabungkan unsur yang sama menjadi suatu keseluruhan ketika melihat sejumlah unsur yang terdiri dari berbagai jenis. Otak manusia juga cenderung melengkapi bagian-bagian yang tidak lengkap sehingga dipersepsikan menjadi suatu bentuk tertentu (Law of Closure). Sedangkan prinsip gestalt menyatakan bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian sehingga manusia cenderung terbiasa menyusun berbagai hal dalam pikirannya menjadi suatu bentuk atau gambaran yang membentuk keseluruhan yang berarti, coba perhatikan gambar berikut : Kita akan mempersepsikan gambar tersebut adalah orang tua yang bertopi, berkacamata, berdasi yang sedang mengisap rokok dibandingkan dengan melihat itu sebagai coretan garis dan lengkungan yang terpisah satu sama lain. Jika dikaitkan dengan masalah kesalahan persepsi dalam mengenali uang Rp10.000 dari penglihatan mata, kita cenderung mengabaikan ciri-ciri uang tersebut secara detail namun secara cepat kita bisa mempersepsikan uang tersebut adalah uang Rp100.000 dari proses penglihatan bagian-bagian yang tidak lengkap. Contohnya hanya melihat bentuknya, warna dan tulisan 1 dan beberapa 0, otak kita mempersepsikan sesuatu itu sebagai uang Rp10.000 atau Rp100.000. Begitu cepatnya proses ini sehingga kadang kala terjadi kesalahan persepsi pada dua benda yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Saat ini saya sudah memiliki cara yang cepat untuk membedakan kedua mata uang tersebut dalam keadaan remang-remang yaitu dengan membaca tulisan jumlah nominalnya. Cara yang lain yaitu dengan membawa senter jika pergi ke tempat-tempat gelap yang membutuhkan transaksi uang :) Mungkin ada baiknya pembuat uang lebih meningkatkan perhatian pada hukum-hukum persepsi dalam pembuatan uang sehingga kesalahan persepsi pengguna uang seperti saya bisa diminimalisir terutama uang yang memiliki angka sama. Misalnya tahun ini akan ada pecahan Rp200.000 maka warnanya sebaiknya jangan hijau atau warna sealirannya karena warna hijau sudah digunakan oleh mata uang Rp20.000. Saya mengusulkan warna biru muda saja karena selain warna tersebut belum terpakai pada mata uang yang lain, warna biru juga adalah warna kesukaan saya.. hahaha.. gubraaks;) Referensi : Tags: ergonomis, persepsi, psikologi, uang
Mood : ![]() 7 Responses :
1. February 9th, 2006 at 9:41 vi3 Says: kirain cuman vi3 aja yang suka salah.. mangkanya vi3 suka tak amat2in dengan seksama kalo ada yang bayar pake uang baru itu.. takut salah ngembaliin.. rugi bandar kalo salah euy… 2. February 9th, 2006 at 12:33 yonky Says: yg heran, semakin hari kok semakin kecil bentuk uang Indonesia. Takutnya nanti lama² Indonesia bakal ndak punya mata uang. :D 3. February 10th, 2006 at 2:14 Uare Says: Pernah mengira masih punya uang 300rebu, eh ternyata Rp210.000,- ha ha untung belanjaan gak lebih dari segitu, sempat kaget di depan kasir takut duitnya kurang.. 4. February 11th, 2006 at 11:24 Mas Tom Says: Ah, ya… bener… bener… dua pecahan mata uang itu sekarang memang sering bikin jadi ‘silap mate’… kirain masih punya dua ratus tiga puluh lima ribu di dompet… ternyata cuma lima puluh lima ribu, karena dua lembar sepuluh ribuan dikira dua lembar seratus ribuan :P 5. March 3rd, 2006 at 11:23 ige Says: akhirnya…. 6. March 11th, 2008 at 11:05 ghosty1st Says: pernah suatu kali saya ke parkiran motor. bayarnya 1000. lalu aku pakai uang 100000. aku kira 10000. ya udah nyantai saja sambil menunggu kembalian 9000. tuh orang ga punya kembalian, lalu pergi kemana-2 tukarin uang. habis gitu aku dikasih kembalian 99000. kaget aku. ternyata uangku 100000. untung orangnya baik. kalo saja aku dikasij kemblian 9000 ya aku terima aja. lha wong aku ga nyadar. 7. November 27th, 2008 at 7:59 trisila wuriyanto Says: Selamat pagi … mau komen sedikit..
Leave a Reply
![]() ![]() | ![]() ![]() ![]() Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA, interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.
Categories Jangan Asal Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta. Bloglines Feedburner Get KlipFolio Get Firefox Get Opera Valid XHTML ![]() ![]() ![]() 27q. 0.109s. Powered by WordPress © 2006 All rights reserved. |