pakupaku
Tuesday, 07.02.2006 15:38

Kesalahan Mempersepsi Uang Kertas Rp10.000 dan Rp100.000

Posted on Ergonomics, Psychology.

Beberapa hari yang lalu adek saya mengeluhkan uang kertas Rp100.000 dan Rp10.000 yang baru. Kemiripan uang tersebut membuatnya bingung dan kesulitan untuk membedakan keduanya jika harus melakukan transaksi di warung lesehan pada malam hari. Bahkan beberapa warung makan pernah memberikan uang kembalian yang berlebihan pada saya karena mengira uang Rp 10.000 baru adalah uang Rp 100.000. Meskipun pada akhirnya penjual tersebut menyadari kesalahannya beberapa saat kemudian ;)

100_dpn.png

100_blkg.png


Uang kertas Rp100.000 tahun emisi 2004 dikeluarkan pada tanggal 29 Desember 2004 untuk menggantikan uang kertas Rp100.000 tahun emisi 1999 yang telah beredar selama 5 tahun. Uang pecahan Rp 100.000 tahun emisi 2004 bergambar utama Proklamator RI, Soekarno dan M. Hatta di bagian depan dan Gedung MPR & DPR di bagian belakang. Bahan dasarnya sangat berbeda dengan uang Rp100.000 tahun emisi 1999 yang berbahan dasar plastik.

Sedangkan uang Rp10.000 yang baru diterbitkan pada tanggal 20 Oktober 2005 untuk menggantikan uang Rp10.000 tahun emisi 1998 yang telah beredar selama 7 tahun. Uang pecahan Rp 10.000 tahun emisi 2005 bergambar utama Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badaruddin II di bagian depan dan gambar Rumah Limas di Palembang pada bagian belakang. Hal yang membedakan dengan uang Rp10.000 yang lama adalah ukurannya, kini uang Rp10.000 baru memiliki ukuran yang sama dengan uang kertas lainnya mulai tahun emisi 2004.

10_dpn.png

10_blk1.png

Dalam siaran persnya ketika menerbitkan uang Rp100.000 dan Rp10.000 yang baru, Bank Indonesia memberikan informasi tentang kelebihan kedua uang tersebut dibandingkan uang yang lama antara lain :

Uang kertas pecahan baru yang diterbitkan kali ini juga mengakomodasikan kebutuhan para tuna netra dengan menyediakan kode tertentu (blind code) di samping kanan bagian muka uang. Disamping itu juga terdapat beberapa tambahan unsur pengaman yang lebih canggih dan mudah dikenali oleh masyarakat seperti benang pengaman yang jauh lebih lebar yang terlihat seperti dianyam (windowed), nomor seri yang berjenis teleskopik dan tidak simetris (asimetris), tinta berubah warna (OVI/optical variable ink) dan gambar tersembunyi (hidden image).

Saya sendiri sangat kagum dengan berbagai penerapan teknologi pada kedua uang tersebut sehingga sulit dipalsukan. Namun sebagai pengguna uang, tentunya saya tidak akan memperhatikan dengan detail uang yang saya terima atau saya serahkan ketika melakukan transaksi. Saya harus dengan cepat membedakan uang tersebut baik nominalnya maupun keaslian uangnya.

Menurut iklan yang pernah ngetren beberapa waktu yang lalu saya harus menggunakan prosedur 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) untuk mengenali uang tersebut. Dengan prosedur 3D saya dapat mengenali uang tersebut tanpa masalah, hanya saja saya tidak bisa menemukan blind code ketika saya menutup mata dan mencoba merabanya. Saya tidak tahu apakah teman-teman tuna netra bisa mengenali uang ini dengan merabanya karena saya sebagai orang normal justru memiliki kepekaan perabaan yang rendah dibandingkan teman-teman yang tuna netra.

Ketidakpekaan alat peraba membuat saya sedikit kesulitan dalam mengenali dan membedakan kedua uang ini dalam kondisi remang-remang karena adanya kemiripan bentuk, warna dan angkanya. Jika ditinjau dari sisi psikologis, seseorang mengenali dan memaknai suatu stimulus dari lingkungan melalui proses persepsi. Menurut Atkinson, persepsi adalah :

proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.

Proses persepsi melibatkan alat indera kita yang berfungsi untuk menangkap semua stimulus dari lingkungan. Lalu proses selanjutnya adalah otak mencoba melakukan lokalisasi objek dan pengenalan pola dari hasil penangkapan alat indera tersebut. Menurut Atkinson, tujuan lain sistem perceptual selain melakukan lokalisasi dan pengenalan pola adalah mempertahankan penampilan objek tetap konstan walaupun kesan pada alat indera terus menerus berubah. Contohnya : kita tetap mempersepsikan suatu benda sebagai uang meskipun benda tersebut terlihat sobek, kotor, ataupun dalam kondisi lainnya.

Dalam proses pengenalan pola, ahli psikologi gestalt mengemukakan beberapa hukum gestalt yaitu Law of Proximity, Law of Closure, Law of Symmetry, Figure-Ground Segregation, Law of Good Continuation, Law of Similarity.

Menurut saya hukum tutup ruang (law of closure), hukum kemiripan (law of similarity) dan prinsip persepsi gestalt tentang keseluruhan bisa menjelaskan terjadinya kesalahan persepsi terhadap uang kertas Rp10.000 dan Rp100.000 yang baru. Beberapa kemiripan uang kertas Rp10.000 dan Rp100.000 yaitu :

1. Bentuk dan ukurannya sama dan standard

2. Warnanya senada yaitu Rp100.000 berwarna merah dan Rp10.000 berwarna dominan ungu yang merupakan percampuran dari merah dan biru. Meskipun menggunakan warna ungu sebagai warna dominan, namun beberapa bagian uang ini menggunakan warna merah sehingga dalam kondisi penerangan tertentu uang kertas Rp10.000 sangat mirip dengan uang kertas Rp100.000

3. Tulisan Angka 1 dan beberapa 0, yang membedakan hanya jumlah nolnya saja.

4. Komponen lain yang memiliki letak dan layout yang sama, seperti logo dan tulisan Bank Indonesia, Nomer Seri, Lambang Negara.

Adapun bunyi Hukum Kesamaan (Law of Similarity) yaitu manusia cenderung menggabungkan unsur yang sama menjadi suatu keseluruhan ketika melihat sejumlah unsur yang terdiri dari berbagai jenis. Otak manusia juga cenderung melengkapi bagian-bagian yang tidak lengkap sehingga dipersepsikan menjadi suatu bentuk tertentu (Law of Closure). Sedangkan prinsip gestalt menyatakan bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian sehingga manusia cenderung terbiasa menyusun berbagai hal dalam pikirannya menjadi suatu bentuk atau gambaran yang membentuk keseluruhan yang berarti, coba perhatikan gambar berikut :

persepsi.png

Kita akan mempersepsikan gambar tersebut adalah orang tua yang bertopi, berkacamata, berdasi yang sedang mengisap rokok dibandingkan dengan melihat itu sebagai coretan garis dan lengkungan yang terpisah satu sama lain.

Jika dikaitkan dengan masalah kesalahan persepsi dalam mengenali uang Rp10.000 dari penglihatan mata, kita cenderung mengabaikan ciri-ciri uang tersebut secara detail namun secara cepat kita bisa mempersepsikan uang tersebut adalah uang Rp100.000 dari proses penglihatan bagian-bagian yang tidak lengkap. Contohnya hanya melihat bentuknya, warna dan tulisan 1 dan beberapa 0, otak kita mempersepsikan sesuatu itu sebagai uang Rp10.000 atau Rp100.000. Begitu cepatnya proses ini sehingga kadang kala terjadi kesalahan persepsi pada dua benda yang memiliki kesamaan atau kemiripan.

Saat ini saya sudah memiliki cara yang cepat untuk membedakan kedua mata uang tersebut dalam keadaan remang-remang yaitu dengan membaca tulisan jumlah nominalnya.

100_10.png

Cara yang lain yaitu dengan membawa senter jika pergi ke tempat-tempat gelap yang membutuhkan transaksi uang :)

Mungkin ada baiknya pembuat uang lebih meningkatkan perhatian pada hukum-hukum persepsi dalam pembuatan uang sehingga kesalahan persepsi pengguna uang seperti saya bisa diminimalisir terutama uang yang memiliki angka sama. Misalnya tahun ini akan ada pecahan Rp200.000 maka warnanya sebaiknya jangan hijau atau warna sealirannya karena warna hijau sudah digunakan oleh mata uang Rp20.000. Saya mengusulkan warna biru muda saja karena selain warna tersebut belum terpakai pada mata uang yang lain, warna biru juga adalah warna kesukaan saya.. hahaha.. gubraaks;)

Referensi :
Atkinson, Rita L., et al.. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Edisi Kesebelas. Penerjemah Widjaja Kusuma. Batam : Interaksara.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Tags: , , ,

Mood : Bercanda emoticon

7 Responses :


1. vi3 Says:

kirain cuman vi3 aja yang suka salah.. mangkanya vi3 suka tak amat2in dengan seksama kalo ada yang bayar pake uang baru itu.. takut salah ngembaliin.. rugi bandar kalo salah euy…



2. yonky Says:

yg heran, semakin hari kok semakin kecil bentuk uang Indonesia. Takutnya nanti lama² Indonesia bakal ndak punya mata uang. :D



3. Uare Says:

Pernah mengira masih punya uang 300rebu, eh ternyata Rp210.000,- ha ha untung belanjaan gak lebih dari segitu, sempat kaget di depan kasir takut duitnya kurang..



4. Mas Tom Says:

Ah, ya… bener… bener… dua pecahan mata uang itu sekarang memang sering bikin jadi ‘silap mate’… kirain masih punya dua ratus tiga puluh lima ribu di dompet… ternyata cuma lima puluh lima ribu, karena dua lembar sepuluh ribuan dikira dua lembar seratus ribuan :P



5. ige Says:

akhirnya….
kirain aku ja yang oon dan ga teliti
pernah kasih duit ke OB ku buat beli makan siang, dia balikin 88 rebu, aku bilang "lhooo…aku kan ngasih duit 10rebu, kok kemabliannya banyak amat"
ga tau nya aku ngasih 100 rebu ma dia….
ampuuunnnn…….
gantai kenapa yak designnya…sekarang kalo moe belanja ato apa pasti aku liatin berkali2 tuh uang, malah sampe aku itungin nolnya berkali2..takut salah….



6. ghosty1st Says:

pernah suatu kali saya ke parkiran motor. bayarnya 1000. lalu aku pakai uang 100000. aku kira 10000. ya udah nyantai saja sambil menunggu kembalian 9000. tuh orang ga punya kembalian, lalu pergi kemana-2 tukarin uang. habis gitu aku dikasih kembalian 99000. kaget aku. ternyata uangku 100000. untung orangnya baik. kalo saja aku dikasij kemblian 9000 ya aku terima aja. lha wong aku ga nyadar.
thanks. artikelmu keren banget. salam kenal dari ghosty



7. trisila wuriyanto Says:

Selamat pagi … mau komen sedikit..
kenapa sich kok nggak sekalian ganti warna aja… biar lebih jelas dan nyata……terimakasih.



Leave a Reply





XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>



pakupaku

kenzKENZ.
Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA,
interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.

Life Age: 16254 days
Emotional
0%
Bioritme Status
Physical
-94.2%
Bioritme Status
Intellectual
-28.2%
Bioritme Status





Jangan Asal
Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta.


Bloglines
Feedburner
Get KlipFolio
Get Firefox
Get Opera
Valid XHTML

Catatan Hanging RSS Feed RSS Entries
Catatan Hanging Comments RSS Feed RSS Comments
Catatan Hanging SideNotes RSS Feed RSS SideNotes

27q. 0.118s.
Powered by WordPress
© 2006
All rights reserved.

Kode Etik Blogger Indonesia