pakupaku
Monday, 09.04.2007 21:32

Sindrom Kekerasan IPDN (IPDN Violence Syndrome)

Posted on Psychology.

IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) adalah nama baru dari STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri). Sekolah ini adalah sekolah kedinasan yang dikelola oleh Departemen Dalam Negeri untuk mendidik calon-calon aparat pemerintahan di Indonesia. Kematian Wahyu Hidayat pada tahun 2003, telah membuka kebobrokan suatu sistem dan budaya “pembinaan” yang telah ada semenjak STPDN berdiri. Apalagi setelah beberapa adegan kebrutalan tersebut ditayangkan oleh beberapa media massa sehingga menimbulkan gejolak kemarahan masyarakat terhadap STPDN pada waktu itu.

Kini sistem dan budaya pembinaan tersebut kembali memakan korban jiwa seorang praja yang bernama Cliff Muntu. Masyarakat seakan mengalami dejavu dari peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Perubahan nama STPDN menjadi IPDN terbukti bukan langkah yang tepat untuk menghilangkan budaya kekerasan yang telah berakar kuat dan mendarah daging dalam setiap insan civitas akademik kampus tersebut. Ilustrasi dari blog ini sangat tepat mencerminkan keadaan IPDN sekarang ini.

Inu Kencana Syafei (55), seorang pengajar IPDN yang terkenal vokalis dalam membongkar kebobrokan sistem dan budaya kekerasan di STPDN/IPDN menyebutkan bahwa selama 1990-2005, terdapat 35 praja yang tewas dan hanya 10 kasus yang terungkap. Selain kekerasan juga ditemui praktek sex bebas yang dilakukan para praja di lingkungan civitas STPDN/IPDN. [Detik.Com]

Menurut hemat saya, apa yang dikemukakan oleh Inu Kencana Syafei telah menunjukkan betapa buruknya sistem pendidikan dan pembinaan di sekolah tersebut. STPDN/IPDN selama bertahun-tahun telah membuat suatu sistem pendidikan yang memelihara budaya kekerasan senioritas terhadap junioritas dengan dalih pembinaan. Sistem tersebut pada akhirnya menciptakan pribadi-pribadi yang “sakit jiwa” dengan menunjukkan gejala-gejala khusus, sebagai berikut :

1. Adanya waham super-power yaitu keyakinan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi dilihat dari senioritas. Waham ini biasanya mulai muncul ketika praja mulai memiliki adek kelas, mulai mendapat hak untuk dihormati, dan juga hak untuk memberikan hukuman pada adek kelas. Waham ini akan membuat orang selalu haus penghormatan dan kekuasaan, menganggap dirinya adalah pemegang peraturan dan juga bisa jadi menjadi hukum itu sendiri demi menjaga perasaan berkuasa yang terus ada dalam pikirannya. Mereka merasa bertanggung jawab penuh terhadap penegakan peraturan dalam sistem tersebut.

2. Waham superior vs inferior (hukum rimba), yaitu keyakinan berlebihan bahwa dirinya harus kuat agar dapat bertahan. Waham ini dipelihara oleh suatu sistem baik melalui indokrinasi maupun dengan cara yang lain. Sebelum memasuki IPDN, seseorang harus berjuang untuk lolos seleksi dalam serangkaian tes, orang yang bodoh atau lemah tentunya akan tersisih dan ini disebut dengan seleksi alam. Demikian halnya juga ketika menempuh pendidikan di IPDN, mereka yang lemah akan tersisih dan keluar dari sistem. Waham hukum rimba ini membuat praja-praja IPDN menerima pembinaan sebagai suatu cara untuk bertahan dalam sistem tersebut. Mereka juga malu untuk melaporkan pembinaan yang berlebihan karena hal itu akan menunjukkan kelemahan mereka (inferioritas).

3. Kedua waham tersebut pada akhirnya memunculkan waham kebesaran dan kebanggaan (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki kekuasaan dan kekuatan luar biasa (berbeda dengan orang kebanyakan). Mereka membanggakan diri jika berhasil melewati berbagai macam pembinaan. Bahkan mereka bangga jika mengetahui bahwa mereka tahan pukul meski tulang dadanya retak, ulu hatinya memar, ataupun tanda-tanda penganiayaan fisik lainnya. Kebanggaan ini pada akhirnya membuat para praja merasa diri eksklusif, berbeda dengan orang kebanyakan dan tidak mau membaur. Kebanggaan menjadi senior akan memunculkan waham super-power dengan waham hukum rimba sebagai acuan berperilakunya. Ketiga waham ini menjadi suatu lingkaran setan yang terus berputar, apalagi tujuan pendidikan di IPDN yaitu menciptakan pejabat pemerintahan yang memiliki kekuasaan, merupakan lingkungan pendukung yang kuat bagi tumbuhnya ketiga waham tersebut.

4. Perilaku kekerasan pada dasarnya adalah perilaku insting primitif manusia untuk bertahan hidup dan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan. Lingkaran setan waham-waham tersebut pada akhirnya menimbulkan perilaku kekerasan, baik sebagai unjuk kekuatan dan kekuasaan maupun sebagai saluran ekspresi emosi terpendam (balas dendam). Keras lemahnya pukulan menunjukkan kehebatan dan kekuasaannya, demikian pula dengan banyaknya pukulan yang diterima.

IPDN Violence Syndrome

Itulah Sindrom Kekerasan IPDN (IPDN Violence Syndrome), sindrom ini tidak hanya terjadi pada IPDN namun potensial terjadi pada sekolah-sekolah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Penerapan disiplin semi-militer
2. Tujuan pendidikan adalah membentuk kader-kader pemegang kekuasaan
3. Adanya golongan tingkatan/pangkat dalam satu sekolah
4. Tinggal dalam asrama
5. Jumlah pengasuh terbatas

Saya sendiri pernah bersekolah dengan ciri-ciri seperti itu, dan mengalami masalah senioritas ringan. Saya memang beruntung tidak mendapat perlakuan intimidasi dari kakak kelas. Berbeda dengan nasib teman saya yang tidak begitu mujur karena dia mendapat intimidasi habis-habisan dari kakak kelasnya. Setelah saya berada di tingkat akhir, saya malah sering melihat teman-teman angkatan saya memukuli adek-adek kelas di kamar mandi ataupun di tempat gelap. Beberapa waktu yang lalu seorang adek kelas teman saya keluar dari sekolah tersebut, karena mengalami intimidasi dari kakak-kakak kelasnya. Saya tidak tahu apakah keadaan budaya kekerasan di sekolah tersebut sudah berubah atau belum. Sistem sekolah dan tujuannya sangat baik, hanya saja kurangnya sistem pengawasan telah memberikan kesempatan munculnya perilaku kekerasan (intimidasi) dari kakak kelas pada adek kelas.

Budaya kekerasan senioritas-junioritas memang berpotensi muncul di sekolah-sekolah dengan ciri-ciri yang telah saya sebutkan di atas. Oleh karena itu langkah-langkah untuk menghilangkan budaya kekerasan senioritas tentunya mengacu pada penghilangan ciri-ciri potensial lingkungan pendukung dari sistem tersebut.

Menurut saya, budaya kekerasan yang terstruktur dan melembaga seperti di IPDN sangat sulit dihilangkan dan hanya dapat dicegah atau diminimalisir kesempatannya. Dalam kasus IPDN beberapa langkah fundamental yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Bubarkan Sistem Pendidikan dan Pembinaan IPDN !!!
Penggantian nama IPDN saja adalah sebuah langkah yang buruk. Peningkatan pengawasan pengasuh maupun pemasangan CCTV juga sebuah langkah yang kurang baik karena para praja masih bisa mencuri-curi kesempatan dalam kesempitan. Belum lagi jika pengasuhnya yang “sakit jiwa”? Tentu akan terjadi induksi terhadap para prajanya.

Pembubaran suatu sistem adalah jalan terbaik, namun demikian langkah ini tetap tidak bisa menghilangkan sindrom IPDN begitu saja. Perlu suatu rehabilitas mental dan intervensi sistem yang meruntuhkan waham-waham yang melekat kuat.

Dengan demikian pembubaran yang saya maksud bukanlah pembubaran lembaga pendidikan, namun lebih ditekankan pada perombakan total sistem pendidikan yaitu dengan mengganti rektor, dan menyeleksi kembali pengajar dan pengasuhnya. Langkah selanjutnya adalah mengganti sistem pendidikan yang mengarah pada rehabilitasi mental para praja.

2. Pembentukan Sistem Rehabilitasi Praja IPDN
Waham yang tertanam kuat pada akhirnya akan dapat kembali berkembang jika menemukan sistem lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu perlu diperhatikan lingkungan sistem rehabilitasi bagi para siswa IPDN untuk meruntuhkan waham-waham tersebut. Contohnya :

- Memisahkan tempat studi menurut tingkatan praja. Misalnya praja tingkat satu di kota A, praja tingkat dua di kota B, dan praja tingkat tiga di kota C. Namun jika langkah ini dirasa sulit, sebaiknya fokus pada pembauran tingkatan praja yaitu meniadakan sistem tingkatan/pangkat seperti halnya di universitas pada umumnya.

- Mengirimkan mereka KKN di masyarakat, Live In di pedesaan, ataupun penugasan mereka menjadi orang-orang kecil sebelum mereka menjadi pejabat agar mereka dapat hidup membaur dengan seluruh lapisan masyarakat.

- Tindakan tegas dengan mengeluarkan praja yang terbukti melakukan kekerasan dan tindakan kriminal lainnya tanpa pandang bulu. Hal ini akan menjadi shock therapy bagi praja yang lainnya untuk menghindari tindakan kekerasan.

- Penerapan disiplin militer dalam batas-batas kewajaran, dan hanya diberikan oleh pengajar ataupun petugas penegak disiplin yang ditunjuk. Tentunya kualitas psikologis petugas penegak disiplin harus diperhatikan dengan baik.

- Peniadaan semua hukuman fisik dan menggantinya dengan sistem poin (rewards) yang harus dipenuhi sebagai syarat untuk mencapai kelulusan. Menurut teori Thorndike, dan Skinner hukuman tidak efektif untuk membentuk perilaku, namun hanya efektif untuk mengurangi perilaku dilakukan.

Sistem pendidikan adalah tulang punggung suatu bangsa dalam membangun karakter intelektual manusia-manusia Indonesia yang tangguh. Sistem pendidikan yang penuh kekerasan hanyalah menciptakan robot-robot tangguh namun berotak dengkul yang siap pukul dan memukul. Manusia yang tangguh bukan dilihat dari ketangguhan tahan pukul dan memukul, tapi ketangguhan untuk menjadi manusia-manusia cerdas yang kritis dalam berpikir dan mengutamakan hati nurani dalam bertindak.

**Waham menurut KBBI Balai Pustaka 1989 adalah keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata, serta dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika; sangka; curiga.

Tags: , , , ,

Mood :

28 Responses :


1. kai Says:

weww…. emang bener tuh mas. para raka memang rajin membina para praja nya :D
maksudna membina-sakan para praja :D



2. zam Says:

penuh dengan istilah psikologi..

intinya, kalo saya:

CARI DAN HUKUM PELAKUNYA!!

kalo cuma dibubarkan, bisa jadi para pelaku malah semakin menjadi-jadi dan tidak dapat dikontrol.. mending dilokalisir saja, di IPDN (institut Pembunuhan Dalam Negeri)

ibarat mengejar tikus. tak perlu kita membakar lumbung..

yang penting, itu PELAKU HARUS DIHUKUM!!! masalah IPDN dibubarkan atau tidak, bisa dipikirkan nanti..



3. Feri Koto Says:

jangan salah boss, Sekolah di IPDN atawa STPDN setelah tamat lo sama ama pegawe laen. mesti mulai dari bawah. belon tentu lo yang senior bakal lebih tinggi pangkat atawa jabatan lo dari junior lo dulu, bisa aja yang dulunya junior lo jadi atasan lo.., kaga percaya??? di kampung gw ada angkatan 1 STPDN atasannya angkatan 7 gile ngga?? jauh amat khan??
Kasi hukuman berat aja para tukang pukulnya, IPDN nya nggak perlu dibubarin, benahin aja pola pendidikannya.
Pake seragam gw setuju, biar kaga ada beda mahasiswa yang orang kere dengan orang kaye.
Diasramain juga perlu, kalo ngga tetep keliatan status ekonomi mahasiswanya, kalo yang kaya bisa kos yang mahalan, kalo yang kere bisa banyak mikir (mikir makan, mikir biaya kos, mikir biaya tingkah laku, dll)
Nambah Pengasuh, setuju banget, kata pak Gubernur Akmil di Metro TV tadi pengasuh minimal 1 orang untuk 10 mahasiswa. Cocok tuh.
Kasi hukuman berat bagi tukang pukul



4. ekowanz Says:

whuaaa….telisikan dari sudut pandang psikologi yah :) bagus2…kusimpan dulu yah :D



5. kunderemp Says:

KELIMAAAXXXX…..

bercanda… hehehehe

Tulisan yang bagus…
tapi "waham" itu apa yah artinya? (malas ngambil KBBI).. hehehehe



6. kenz Says:

Waham menurut KBBI Balai Pustaka 1989 adalah keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata, serta dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika; sangka; curiga.

**hehe.. ternyata banyak yang gak tahu ya, wah maap lupa meredefinisikan ;))



7. yoan Says:

eh…kenz tuh KBBI ga akurat tahu :p masa tahunnya aja tahun 1989….udah ga valid lagi tuh data n pengertian wahamnya

*kabur sebelum di golok kenz…….kekekekeke*



8. Kang Nganu Says:

BOBROK…!!! SEKALI LAGI BOBROK….!!! Pantas negara ini penuh dengan KORUPTOR & PREMAN BERDASI, ternyata Pabrik Pencetaknya di Institusi Pemerintah Dekat Neraka (IPDN) ! Jahanam kau pembunuh!!!



9. mysyam Says:

wow.. analisis yang bagus.
menurut saya si tinggal di audit saja, termasuk pengasuh2nya. cari para bencoleng2nya sampe tuntas, hukum sesuai aturan, awasi sistem pendidikannya, dan didik mahasiswa yang benar2 serius. Kalau dibubarkan nanti malah akan menimbulkan masalah



10. ai Says:

berkata emang gampang, geraknya yang susah.
rekomendasi siy dari sana sini tapi yang bakalan ngejalanin sapa?
klo kg da kesadaran dari dalem, klo yang dah sadar tapi di ancam, tetep ja kg da guna, sehebat apapun rekomendasi ntu.
balik lagi ma para praja n civitas akademikanya dunk.
kalo dah ngedarah daging kaya gini mah, mau ga mau harus da langkah kongkrit yang bener-bener berani nerima segala resiki termasuk korban nyawa…



11. Yoyok Says:

SELAMAT BUAT IPDN.
YANG TELAH DENGAN SANGAT CEMERLANG MELULUSKAN
BEBERAPA SISWANYA KE ALAM BAKA.

sudah membunuh orang’ wahyu hidayat’
malah diangkat jadi PNS, uenaaak tenan,
bagimana nih Pak Gubernur JABAR,
mengangkat pembunuh menjadi pegawainya.
hebatlah..
ntar rakyat yang gantian dibunuh.
POKOKE’ UENAAK TENAN sekolah di IPDN.

yang penting hati-hati aja jika ketemu ama,
gerombolan bandit dari IPDN.

biar aman kalau mau urus KTP sediain aja uang recehan,
daripada ntar dismackdown sampai sekarat.



12. Ade Says:

Gud..gud..
yah, baikny emang sistem pendidikanny yg diganti,ga usah dibubarin, ntar berabe… yg uda tingkat atas mo dikemanain??

tp kasian yah yg sekolah di IPDN??Tp koq tmn2 yg uda lulus pd ga mo cerita kekerasan di sana yah..?? Kebanyakan cm cerita senang2ny aja… MaLu ato TaKuT??!!!



13. sumanto Says:

kritik yang bijaksana adalah kritik yang bersifat membangun dan tidak menyudutkan fihak yang di kritik.
didunia ini tak ada yang sempurna tapi bukan berarti kita bersikap wajar apabila kita melakukan kesalahan tapi bagaimana kita bangkit dari kesalahan itu.
apabila kita bersikap lebih bijaksana dalam menyikapinya mungkin kita sendiri apabila berada pada fihak IPDN akan bersikap sama seperti lulusan IPDN yang laen.. jadi lebih baik kita bersama berusaha agar pemerintah memberikan suatu keputusan atau hukuman yang seadil-adilnya dan berdoa agar semua fihak yang sekarang ini kita kritik mendapatkan ampunan dari yang maha kuasa..



14. Doni Says:

Setuju tuk IPDN tidak dibubarkan. Hukum pelakunya saja. IPDN tidak mencetak calon bandit seperti yang dikatakan oleh tema-teman. IPDN adalah calon-calon presiden abad mendatang. Kalau dibubarkan nanti susah lagi cari orang-orang terbaik seperti yang telah di didik di lembah Manglayang ini. Ada masalah seperti kekerasan di IPDN, jangan selesaikan dengan menggunakan lutut seperti mahasiswa lain yang nanti mebgenis pekerjaan. IPDN is the best in our country. No more…oke!



15. hardy Says:

pembubaran adalah solusi yang dimbil oleh masyarakat karena emosi karena pemberitaan di berbagai media yang terlalu berlebihan dalam menayangkan hal buruk tentang IPDN. banyak makna filosofis yang ada didalam IPDN yang masyarakat belum ketahui. apa makna rasa KORSA, makna PEMBAYATAN, apa makna praja harus memakai SERAGAM,dll.padahal klo dilihat dari segi positifnya,IPDN telah banyak melakukan sesuatu untuk negara ini. IPDN adalah satu-satunya sekolah yang menjadi perekat bangsa Indonesia dari setiap suku diIndonesia. IPDN melahirkan seorang kader yang harus mempertahankan negara ini jika TNI dan POLRI sudah tidak bisa melaksanakan tugasnya yaitu sebagai tugas pertahanan sipil. IPDN telah membantu desa-desa dalam membenahi pemerintahan, contohnya baru-baru ini telah membantu pemerintah desa dalam membuat RPJMDes di kabupaten sumedang selama 2 tahun. anda juga tidak tahu setelah adegan PUKUL-PUKUL, ada makan-makan dan tertawa bersama, senior dan junior tanpa ada rasa dendam. walaupun keadaan IPDN masih seperti sekarang,saya sebagai bagian dari sistem tersebut harus merelakan pola senior dan junior harus berubah demi IPDN tetap menjadi sekolah kedinasan di bawah naungan Departemen Dalam Negeri. BHINEKA NARA EKA BAKTI!!



16. widya Says:

emange hidup orang itu gak berharga apa?
punya nyawa juga kan…
mau di plak pluk juga?

mendingikut sekolah pembunuhan massal aja sekalian…

masa calon petinggi pembunuh…

dari pada gitu ikut TIENS aja,
gk usah capek2 kerja lama udah income..
gak da larangan apa2 lagi…

log in with :91200794 y



17. Unggulux Says:

Buat DONI, apa hubungannya IPDN sama PRESIDEN ??? ANeh bin Ajaib.. kecuali jaman 1 partai kayak Orba ya bisa aja. la wong IPDN nyetak Pamong praja yang artinya abdi negara kagak boleh politik kaleee….

Doni Says :

Setuju tuk IPDN tidak dibubarkan. Hukum pelakunya saja. IPDN tidak mencetak calon bandit seperti yang dikatakan oleh tema-teman. IPDN adalah calon-calon presiden abad mendatang. Kalau dibubarkan nanti susah lagi cari orang-orang terbaik seperti yang telah di didik di lembah Manglayang ini. Ada masalah seperti kekerasan di IPDN, jangan selesaikan dengan menggunakan lutut seperti mahasiswa lain yang nanti mebgenis pekerjaan. IPDN is the best in our country. No moreā€¦oke!



18. Praja Says:

kepada seluruh masyarakat indonesia saya mewakili teman2 praja memohon maaf atas meninggalnya saudara kami wahyu hidayat dan clift muntu.
Kami memang salah terhadap kematian saudara kami wahyu hidayat dan clift muntu. dan perlu bpk2, ibu2, kk2, ade2, teman2 dan seluruh masyarakat Indonesia bahwa kami disini tidak didik untuk menjadi seorang pembunuh seperti yang dibicarakan semua orang. kami disini didik dengan disiplin yang keras akan tetapi tidak kasar.
kami disini didik untuk menjadi pelayan masyarakat. pendidikan disiplin yang kami terima disini hanya untuk melatih diri kami di daerah agar kami siap untuk diterjunkan pada kehidupan masyarakat yang keras yang tidak lain untuk melayani masyarakat. terkait dengan dengan penanyangan gambar di media elektronik, kami sampaikan memang itu benar adanya akan tetapi tidak semuanya benar.
percayalah kerasnya disiplin yang kami terima, tidak akan berdampak pada perubahan moral kami, karena kami pun selalu dibekali pencerahan2 agama. selain itu kami pun dibekali ilmu pengetahuan untuk menunjang tugas kami sebagai pamong masyarakat.
terkait dengan adanya kasus wahyu hidayat dan clift muntu, kami mohon kepada seluruh lapisan masyarakat indonesia untuk tidak menilai kami secara generalis, memang kami bersalah terhadap kasus ini yang tidak bisa mencegah tindakan2 dari beberapa oknum yang menyebabkan musibah ini. kami mohon kepercayaan dari seluruh masyarakat terhadap kami.
IPDN merupakan indonesia mini, disinilah kami berkumpul dari sabang sampai merauke (berbagai karakter, budaya dan adat bersatu disini), kami mohon maaf apabila ada tingkah laku kami yang tidak sesuai dengan hati tmn2, kk2,bpk2, ibu2 serta untuk tidak menilai kami buruk semuanya yakinlah masih banyak praja2 yang baik
saat ini kami sedang berbenah diri, memperbaiki sistem yang salah untuk meminimalisir kekurangan2 daripada sistem pendidikan kami. sehingga diharapkan kedepan IPDN menjadi lebih baik.
sekali lagi kami memohon kepada seluruh masyarakat untuk memberikan kepercayaan dan do’a kepada kami, agar kami mendapatkan pendidikan yang selayaknya kami terima sebagai seorang pamong masyarakat yang betul-betul dapat melayani masyarakat.
kepada seluruh orangtua daripada praja yang berjumlah kurang lebih 5000 orang,kami mohon untuk tidak khawatir dan tetap tenang karena kami disini tetap menjalani pendidikan sebaik mungkin,insya Alloh kami akan menjalani pendidikan disini dengan baik2. do’a kan kami agar kami dapat menjalani pendidikan ini dengan lancar…amin

terimakasih kepada seluruh masyarakat atas dukungan dan do’anya
Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami
"Praja"



19. yeriansyah Says:

gw alumni mahasiswa uniga malang gw pernah duduk di ke
organisasiaan kampus siapa seh yang bilang di tiap kampus nga ada kekerasaan semua kampus pasti ada gw bisa ngebuktiin nya
kl stpdn di bubar kan gw sendiri sangat nga setuju………..
kl spdn di bubar kan semua kampus di indonesia ini harus bubar mau jadi apa negeri indonesia tercinta ini
saya nga setuju semua orang meng intimidasi stpdn
coba tanya di kampus laen ada nga nama nya senioritas??? pasti ada……tanya mereka pernah memukul adik tingkat nya???pasti pernah…….sewaktu pendidikan aja gw pernah memukul adik tingkat…….kampus mana yang nga ada kekerasan??????????????????????bohong semua omong kosong semua itu……..itu pasti ada …….angota dewan RI kita aja bisa berantem apa lagi mahasiswa darah muda…..
terus kan perjuangan mu ipdn maju terus pantang mundur
sabar pak prof.nyoman supriadi allah bersama mu ……..
tuhan bersama orang yang berani……
jangan mengintimidasi kampus laen urus sendiri kampus masing
udah bagus belum….

bye
cox….waroenk Baja



20. vero manis Says:

anjing banget deh ipdn mah…
ga ngerti deh gw sama pembunuh2 ky gt !!!!!!
liatin aja karma itu ada!!!! klo ga keluarga lo yang nglamain hal yang sama yang udajh lo lakuin ama junior2 lo,, berati mereka adalah orang yang kalian sayangin…
dengerin kata2 gw !!!!!!!!!!!!!1



21. anak kecil Says:

mmm….sy bkn ank ipdn n sy tmsk yg gak stju ma cara hajar mnghajar yg tjdi d ipdn.tp pcya gak pcya, anak ipdn nya sndr mayoritas gak kbrtan tuh dhajar gt coz mrk smwa sblmnya dh dlatih scra fisik n mnrt mreka dhajar sgitu tuh gak seberapa. n slaen itu, didikan senioritas mrk nantinya bkl brguna d lingkungan kerja,apapun perintah atasan bakal mreka jalanin krn mrk cm tau satu jawaban, yaitu SIAP…



22. baiq novianti Says:

Assalamu’alaikum……
aku pelajar sma , dan aku juga pengen masuk ipdn tapi bingung koq diinternet gak da keterangan tentang jurusan2 yang ada di ipdn
tolong sich buat guru2 yang ada di ipdn supaya di jelasin lewat inernet
biar aku tahu mau nghambil jurusannya
oh ya…. trus kalau masuk di ipdn syarat2 atau ketentuan2 buat masuk ipdn itu apa…….
syukron
wassalam……



23. ana Says:

Menanggapi yang mengatakan tiada kampus tanpa kekerasan, Setahuku ketika kuliah di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogya, dijamin tanpa kekerasan..justru mempelopori OSPEK tanpa kekerasan dan bentakan.
Kasus IPDN dan OSPEK dengan kekerasan ini memang mencoreng dunia pendidikan. Kampus seharusnya mendidik mahasiswa untuk menjadi panutan bagi orang lain, bukan mendidik menjadi pembunuh atau penganiaya. kekerasan dalam kampus hanya akan menimbulkan balas dendam yang akan dilampiaskan pada juniornya..aku setuju dengan kata-kata waham senioritas..mau jadi apa negara ini bila pendidikan untuk para calon pejabat justru menghasilkan pembunuh? sementara dosen justru seolah-olah menutupi kasus ini?



24. anto Says:

IPDN ya sudah lah tidak perlu dihujat seperti itu,
apa bedanya dengan kita kalau kitapun rajin mencaci-maki
seperti kita paling suci di dunia ini………………..
kasihannya kita ini…
so ………..tobatlah……………..sebelum lu dipanggil juga……..



25. jony Says:

IPDN skarang ini memang sudah bobrok, sudah tidak memiliki mutu pendidikan. rektor yang tidak bisa mengambil keputusan, peraturan-peraturan yang tidak jelas, bnyaknya penganiayaan, senior-senior yang bergaya seperti penjagal.
Menurut saya IPDN seharusnya dibubarkan dari dulu.
trimakasih.



26. kunyuk Says:

IPDN bukan sekolah tapi arena adu kekuatan antar senior dan junior.



27. pojokjakarta.com Says:

wah…wah rame ya …



28. dede Says:

apa bisa budaya yang udah ada sekian lama dapat hilang begitu saja.??? kadang rasa takut sungguh menghantui aku. kenapa orang yang sangat aku sayangi, harus masuk di sekolah yang kejam itu??? ;(



Leave a Reply





XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>



pakupaku

kenzKENZ.
Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA,
interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.

Life Age: 16217 days
Emotional
90.1%
Bioritme Status
Physical
52%
Bioritme Status
Intellectual
45.8%
Bioritme Status





Jangan Asal
Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta.


Bloglines
Feedburner
Get KlipFolio
Get Firefox
Get Opera
Valid XHTML

Catatan Hanging RSS Feed RSS Entries
Catatan Hanging Comments RSS Feed RSS Comments
Catatan Hanging SideNotes RSS Feed RSS SideNotes

25q. 0.134s.
Powered by WordPress
© 2006
All rights reserved.

Kode Etik Blogger Indonesia