pakupaku
Wednesday, 30.05.2007 12:38

Perjalanan Panjang Sebuah Retret KMK

Posted on Faith.

Suatu waktu di tahun 2000, ada sesuatu yang menggerakkan saya untuk mengusulkan program retret bagi Keluarga Mahasiswa Katolik Psikologi UGM. Apalagi pada masa sebelumnya KMK Psikologi yang terkenal dengan nama KMK Cero ini belum pernah mengadakan acara sejenis itu.

Retret yang saya maksudkan disini adalah suatu acara rohani yang biasanya dilakukan oleh Komunitas Kristiani untuk menarik diri dari dunia rutinitas, dan mencoba merefleksikan diri bersama Allah untuk meningkatkan kualitas hidup rohani.

Usulan saya ditanggapi positif oleh teman-teman yang lain, namun sayang kesibukan dunia kampus membuat kami terlena dan melupakan persiapan acara ini, sampai akhirnya hari berganti hari, tahun berganti tahun.

Maret 2006, seorang adek kelas saya mengingatkan tentang usulan saya beberapa tahun silam. Saya kembali merasakan getaran yang begitu kuat ketika adek kelas saya membicarakan hal tersebut.

Oh ya, selama hidup saya, terkadang saya suka merasakan getaran-getaran tertentu tentang suatu hal. Selama ini saya mempersepsikan getaran itu adalah suatu dorongan Roh, suatu komunikasi antara diri saya dengan sesuatu yang tak pernah bisa saya jelaskan.

Saya pun mulai bersemangat kembali. Pada waktu itu KMK Psikologi sedang mengalami suatu krisis kecil, yaitu minimnya sumber daya aktif. Apalagi Fakultas Psikologi UGM hanya menerima 8 mahasiswa beragama Katolik pada tahun 2005. Sedangkan anggota kmk yang lain, sudah sibuk dengan tugas perkuliahan masing-masing.

Keadaan psikologis saya juga berada dalam era keterpurukan sepeninggalnya dua orang yang saya cintai yaitu ayah saya dan juga kakak sepupu saya. Selain itu saya sedang menanggung beban tugas skripsi, dan pekerjaan yang menumpuk.

Saya sempat berpikir kembali dengan rencana tersebut. Mungkinkah retret ini dapat terlaksana dengan berbagai situasi yang tidak mendukung?

Entahlah, getaran itu semakin kuat saja hari demi hari. Panitia mulai dibentuk, waktu itu hanya ada 7 orang panitia inti yang rajin rapat dan mempersiapkan segala sesuatunya. Sebagian besar panitia adalah mahasiswa angkatan 2005 yang masih belum berpengalaman dalam mengadakan suatu kegiatan besar sehingga saya ikut melakukan pendampingan intensif.

Akhir April 2006. Saya dan dua orang adek kelas saya mengadakan survei tempat retret di daerah Tawangmangu, Karanganyar Solo. Kami sepakat untuk menggunakan Wisma Santa Maria, Tawangmangu.

Wisma Retret Santa Maria

Masalah mulai muncul satu-persatu dari sini. Wisma retret ternyata sudah penuh untuk hari yang telah kami tetapkan sebagai hari pelaksanaan yaitu tanggal 19-21 Mei 2006.

Padahal tanggal 19-21 adalah tanggal terbaik dengan pertimbangan bahwa pada tanggal tersebut adalah hari terakhir perkuliahan dan memasuki minggu tenang, sehingga kemungkinan peserta yang akan ikut akan semakin banyak karena hari libur.

Wisma retret pun memberikan solusi, yaitu mereka menyanggupi untuk menerima kami pada tanggal 19 sore, dengan catatan kami harus bergantian tempat dengan pengguna wisma retret lainnya.

Masalah yang kedua adalah masalah pastor (Romo) pendamping retret. Begitu sulitnya kami mencari Romo Pendamping untuk retret, mereka semua telah memiliki acara yang begitu padat. Maklum jumlah Romo sangat tidak sebanding dengan jumlah umat yang dilayaninya.

Akhirnya kami memutuskan mencari pendamping retret di Seminari Kentungan. Sasaran kami adalah frater (calon pastor) yang sedang studi di seminari tersebut, terutama yang sedang berada dalam tingkat akhir sehingga memiliki sedikit waktu luang.

Kami pun mendapat nama seorang frater, yang gaul, dan terbiasa berkegiatan dengan kaum muda. Namanya Frater Ari. Beliau menyanggupi akan menjadi pendamping retret bersama beberapa orang temannya.

Awal Mei 2006. Panitia mendapat kabar bahwa frater Ari berhalangan untuk menjadi pendamping karena pada tanggal 19-21 Mei 2006, para frater sedang berada dalam masa ujian, sedangkan beliau sendiri harus pulang ke Jakarta karena penugasan dari tarekatnya.

Saya dan teman-teman panitia sempat panik, tinggal beberapa minggu lagi sementara pendamping retret dan konsep acara belum terancang. Kami tetap berdoa, saya sendiri yakin jika Allah memang menghendaki, segala masalah akan terpecahkan juga.

Frater Ari merekomendasikan kami dengan seorang Frater dari tarekat MSC (yang lebih berorientasi pada pendampingan remaja). Frater (saya lupa namanya) bersedia menjadi pendamping retret kami dan kami pun mulai merancang konsep acara bersamanya dengan tema yang telah kami pilih sebelumnya yaitu “TUHAN BESERTA KITA”.

Masalah yang ketiga adalah masalah keuangan. Tim dana usaha sampai minggu pertama Mei belum mendapatkan dana yang cukup untuk membayar tempat. Kas KMK pun tidak cukup, begitu pula dengan peserta yang ternyata baru terkumpul hanya sepuluhan orang saja.

Minggu kedua Mei 2006, segerombolan anak KMK memutuskan untuk mencari dana tambahan retret dengan mengamen di Candi Yesus Ganjuran, Bantul. Kami bermalam disana di sebuah pendopo sebelah Gereja Ganjuran (hancur akibat Gempa Jogja 27 Mei 2006).

Paginya saya bersama ketua retret, melakukan perjalanan dari Bantul menuju Tawangmangu, Karanganyar. Kami harus menerjang hujan di perjalanan untuk melakukan konfirmasi terakhir dengan wisma retret dan juga melakukan pembayaran uang muka.

Masalah kembali muncul, wisma retret menawarkan tanggal 26-28 Mei 2006, karena secara tiba-tiba calon pengguna wisma pada tanggal tersebut membatalkan diri. Saya berdiskusi dengan ketua retret, suatu keputusan harus dibuat oleh kami berdua saat itu juga.

Saya akhirnya memutuskan untuk mengganti tanggal pelaksanaan retret menjadi tanggal 26-28 Mei 2006. Saya tahu resikonya sangat besar, karena semuanya akan berubah dan bisa menjadi kacau kembali.

Saya berpikir bahwa lebih baik menggunakan tanggal tersebut, karena kemungkinan para frater telah selesai masa ujiannya sehingga bisa lebih banyak frater yang mendampingi, begitu pula dengan waktu persiapan retret akan menjadi lebih panjang. Selain itu kami juga tidak harus bergantian tempat dengan pengguna wisma retret yang lain.

Uang muka dibayarkan, dan tanggal penggunaan wisma retret dituliskan pada tanggal 26-28 Mei 2006. Pulang dari wisma retret kami kehujanan lagi sampai di Jogja. Dua hari yang melelahkan, karena saya banyak berada di jalanan bersama hujan.

Belum sempat memulihkan diri dari kelelahan tersebut, keputusan sepihak saya telah menuai protes beberapa panitia keesokan harinya. Ada beberapa panitia yang menyesalkan pergantian tanggal pelaksanaan secara mendadak karena berpengaruh terhadap peserta retret itu sendiri.

Saya pun menjelaskan permasalahannya, dan ternyata memang menimbulkan suatu ketegangan baru. Frater MSF yang kemaren berhalangan jika retret dilaksanakan pada tanggal 26-28 Mei 2006. Kami pun kembali dialihkan ke frater Ari. Kabar baiknya frater Ari bersedia mendampingi kami, meskipun dia harus mengorbankan beberapa kegiatannya.

Tim acara dan frater Ari akhirnya berhasil merancang konsep acara retret, atas pertimbangan frater maka tema retret kami dimodifikasi dari “TUHAN BESERTA KITA” menjadi “MENCARI DAN MENEMUKAN TUHAN”

Desain Pin Retret KMK Cero 2006

Tanggal pelaksanaan tiba, panitia bekerja dengan baik sehingga segala sesuatu berjalan dengan lancar. Berkat usaha keras dan lobi-lobi yang mereka lakukan, peserta retret yang berangkat telah mencapai 25 orang.

Kami benar-benar diajak untuk menarik diri dari dunia luar, segala alat komunikasi seperti handphone pun dikumpulkan dan disimpan oleh pendamping retret. Frater Ari dan Frater Sam rupanya adalah orang yang tepat untuk mendampingi retret kami ini.

Saya sendiri mendapatkan banyak hal dari acara retret ini sehingga semakin menguatkan keimanan dan kehidupan rohani saya. Suasana alami di Wisma Santa Maria, Tawangmangu ini pun mendukung acara retret ini. Tuhan memang mudah ditemukan dalam ketenangan alam, dibandingkan dalam hiruk pikuk rutinitas keseharian.

27 Mei 2006, hari kedua retret, saat itu menjelang pukul 6 pagi. Saya dan beberapa teman sedang mempersiapkan musik instrumental untuk renungan pagi. Saya terlarut dengan alunan musik tersebut, musik yang menggetarkan hati dalam keheningan pagi.

Menemukan Allah dalam Alam

Tiba-tiba saja, kami mendengar suatu bunyi bergemuruh. Kaca-kaca wisma kami berderit-derit, lampu bergoyang-goyang, beberapa barang jatuh, saya dan teman-teman berlari keluar dan melihat wisma tempat pertemuan bergetar hebat selama beberapa saat.

Beberapa suster tampak keluar juga, kemudian mereka melihat ke arah Gunung Merapi. Wisma retret ini memang terletak di lereng Gunung Lawu, sehingga dapat melihat Gunung Merapi dengan jelas. Saat itu Gunung Merapi tampak mengeluarkan asap tebal, saya menduga bahwa gempa ini terjadi karena Gunung Merapi yang sedang beraktifitas.

Kami pun melanjutkan acara, meskipun beberapa kali kami merasakan gempa susulan. Namun fokus kami saat itu pada acara retret yang cukup menarik. Tidak ada yang tahu, bahwa saat itu kota kami luluh lantah karena gempa berkekuatan 5,9 R. Sampai akhirnya Frater Ari memberikan kabar tersebut setelah ditelpon oleh koleganya di Jogja.

Kami diperbolehkan untuk mengambil handphone kami dan menghubungi keluarga kami masing-masing. Beberapa terlihat berbicara dengan keluarganya dan menunjukkan rasa lega karena keluarganya baik-baik saja. Beberapa tampak panik, karena ada teman-temannya atau saudaranya yang menjadi korban gempa bumi tersebut.

Saya sendiri menghubungi adek saya, saya sempat kuatir karena beberapa kali saya tidak bisa menghubunginya. Namun setelah berhasil berbicara dengannya, saya lega juga karena adek saya tidak apa-apa, bahkan meminta ijin pada saya agar teman-temannya boleh menginap di rumah saya karena adanya isu tsunami.

Frater Ari dan Frater Sam pun membolehkan kami melihat televisi pada jam-jam tertentu untuk mengetahui perkembangan Kota Jogjakarta yang telah luluh lantah akibat gempa dasyat tersebut. Dua orang teman kami, pulang duluan karena keluargannya ada yang menjadi korban.

Setelah berdiskusi untuk memutuskan apakah retret ini dilanjutkan atau tidak. Akhirnya kami sepakat untuk tetap melanjutkan retret ini mengingat kami juga kesulitan untuk menghubungi armada angkutan di Jogja yang telah kami pesan untuk menjemput kami.

Meskipun suasana agak mencekam, namun acara retret berlangsung dengan baik. Hari ketiga kami memutuskan untuk berekreasi dengan menyusuri jalanan hutan menuju ke air terjun “grojogan sewu”. Kami sejenak melupakan kekuatiran kami, bergembira bersama alam.

Peserta Retret KMK Psikologi 2006

Lengkaplah sudah bahwa kami telah menemukan Tuhan dalam diri kami, dalam sesama kami dan juga alam ciptaanNYA.

Tanggal 28 Mei 2006, menjelang pukul 3 kami pun pulang kembali ke Jogja. Armada penjemput yang semula kami perkirakan tidak bisa datang, ternyata datang lebih cepat dari yang kami perkirakan. Acara retretpun ditutup bersama dengan segala kenangan dan pelajaran yang kami dapatkan dalam acara tersebut.

Saya pulang menggunakan motor sendirian, memasuki pinggiran Jogja, saya mulai melihat rumah-rumah yang rusak dan beberapa diantaranya rata dengan tanah. Saya juga melihat eksodus besar-besaran keluar dari Jogja. Hujan deras dan petir yang menyambar-nyambar, menyambut saya ketika memasuki kota Jogja. Saya memasuki kota yang tampak seperti kota mati. Tidak tampak jogja yang ramai, warung-warung tutup, hanya sedikit orang di jalanan.

Refleksi Buah-Buah Retret :
Begitu panjang perjalanan sebuah retret ini. Saya percaya bahwa Allah telah merancang sedemikian rupa sehingga segala sesuatunya terjadi menurut rancanganNYA.

Retret tersebut salah satu bukti bahwa Allah bekerja, meskipun begitu banyak kesukaran dan rintangan, jika Allah yang berkehendak maka segala sesuatunya akan berbuah kebaikan. Sungguh tiada yang mustahil bagiNYA, karena Allah yang bekerja, dan kita hanyalah alat-alatnya semata.

Beberapa peserta retret dan panitia yang semula menyesalkan perubahan tanggal kini menjadi sadar bahwa Allah punya rancangan tersendiri bagi mereka, orang-orang yang memilih untuk menemukan Allah sehingga dijauhkan dari bencana.

Saya baru sadar bahwa ternyata Allah ditemukan dalam diri saya. Ketika saya membuat keputusan untuk memindahkan tanggal pelaksanaan. Saya yakin, ada campur tangan Allah disana, begitu pula terlaksananya retret ini dengan baik.

Teman-teman yang mengikuti retret ini juga mengalami perjumpaan dengan Allah. Tidak hanya dalam diri sendiri, namun sepulang dari retret ini, mereka dapat lebih optimal untuk menolong dan mendampingi korban gempa karena terbebas dari trauma. Allah pun nyata ditemukan dalam sesama kita.

Gempa bumi di Jogja dan sekitarnya juga menjadi suatu perjumpaan bagi saya dengan Allah. Kedasyatan alam yang mampu meluluhlantahkan karya manusia adalah suatu bukti bahwa Allah dapat ditemukan dalam alam ciptaanNYA.

Apa yang kami dapatkan di retret ini, pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam dunia rutinitas kami. Allah ditemukan dalam diri kami, dalam sesama kami dan dalam alam ciptaanNYA. Terima kasih Tuhan.

Terima kasih Bapa.. untuk keajaiban – keajaiban kecilnya :
Pendamping retret yang tepat, frater Ari dan Frater Sam. Kesehatan yang baik bagi semua panitia retret, meski sering berbasah kuyup dan menerjang hujan, panitia tidak ada yang sakit. Begitu pula dengan keuangan yang tadinya minus, setelah retret menjadi berlebihan bahkan sangat banyak, begitu juga keselamatan armada pengangkut yang tidak terkena gempa sehingga semua peserta retret dapat kembali ke Jogjakarta dengan selamat.

Mood : Bercanda emoticon

2 Responses :


1. deli Says:

salute on u. Good job. Kami sedang merencanakan retreat, bisa bantu kamu mensharingkan konsep retreat yang telah kalian laksanakan. Mohon kirim ke email saya. thx. Gbu:)



2. Stella Cynara Says:

salut banget :) , btw, kita bisa share soal dana di wisma retret itu ga??



Leave a Reply





XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>



pakupaku

kenzKENZ.
Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA,
interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.

Life Age: 16248 days
Emotional
97.5%
Bioritme Status
Physical
39.8%
Bioritme Status
Intellectual
75.6%
Bioritme Status





Jangan Asal
Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta.


Bloglines
Feedburner
Get KlipFolio
Get Firefox
Get Opera
Valid XHTML

Catatan Hanging RSS Feed RSS Entries
Catatan Hanging Comments RSS Feed RSS Comments
Catatan Hanging SideNotes RSS Feed RSS SideNotes

27q. 1.111s.
Powered by WordPress
© 2006
All rights reserved.

Kode Etik Blogger Indonesia