pakupaku
Friday, 06.07.2007 0:16

Helm Standar Kembali Menyelamatkan Kepala Saya

Posted on Journey.

Hari Jumat yang lalu, saya melaju ke kota Solo untuk melayat pakde saya yang meninggal. Saya mengendarai motor MegaPro bersama adek saya. Di tengah perjalanan, tepatnya di lampu merah Pakis Delanggu, saya mengalami kecelakaan lalu lintas. (*penggenapan mimpi saya beberapa hari sebelumnya, saya mimpi jatuh sama adek saya je :)

Waktu itu saya ingin mengambil jalur sebelah kiri, tiba-tiba sebuah truk di depan saya berhenti sangat mendadak. Padahal kecepatan saya sekitar 30-40 km/jam dengan jarak antara saya dengan truk adalah 6 meter. Ciiiiit……… Bruk!

Kejadiannya begitu sangat cepat, dalam beberapa detik, tiba-tiba kepala saya menghantam bak truk, dan dalam beberapa detik berikutnya saya sudah terkapar di jalanan. Saya berusaha bangkit, dan melihat adek saya juga terkapar di aspal, dengan helm yang hampir saja terlepas.

TKP 29062007 Delanggu

Saya tidak tahu, mengapa saya tidak sempat lagi menghindar, padahal masih ada jarak antara motor saya dengan truk. Kemungkinan truk ini mengalami momentum balik sehingga mundur dan saya tidak sempat menghindar?

Untunglah di sekitar tempat kejadian banyak orang sehingga mereka dengan cepat menolong kami. Kepala saya pusing setengah mati, belum lagi bahu tangan sebelah kanan juga sempat menabrak bak truk. Kondisi adek saya juga tidak jauh berbeda dengan saya, kepalanya menghantam aspal dan kaki serta tangannya lecet-lecet.

Saya kira motor saya rusak berat karena kerasnya benturan, ternyata tidak, hanya foot stepnya saja bengkok 90 derajat ke belakang, begitu pula dengan pijakan remnya yang nyaris tak berbentuk lagi. Stang kemudi juga terdorong 5 cm ke belakang. Selain itu tidak ada kerusakan lainnya. Bodi motor saya masih mulus tanpa lecet. Fiuh :)

Kecelakaan itu pun ditangani oleh polisi lalu lintas setempat yang posnya tidak jauh dari situ. Hasil penyidikan TKP menetapkan tiga pihak yang terlibat dalam kecelakaan tersebut. Pihak 1 adalah truk besar di depan, yang berhenti mendadak padahal lampu masih bernyala kuning, pihak kedua adalah truk di belakang truk besar yang terkesan ugal-ugalan dan ingin menyalip truk pertama, namun berhenti sangat mendadak begitu mengetahui truk pertama berhenti. Pihak yang ketiga adalah saya, yang menjadi korban truk kedua.

Polisi menetapkan pihak 1 dan 2 sebagai pihak yang lalai, dan mengakibatkan korban pihak 3 sehingga motor saya pun menjadi barang bukti. Pihak 1 dan 2 meminta penyelesaian secara kekeluargaan. Saya menyetujui dengan syarat mereka harus bertanggung jawab mengganti kerusakan motor saya. Mereka pun menyanggupinya dan motor saya diperbaiki seperti semula, terkecuali stang kemudinya yang masih bengkok sedikit.

Namun ternyata masalah tidak berhenti di situ karena polisi memaksa perkara tersebut untuk diselesaikan di pengadilan jika pihak 1 dan 2 tidak menyerahkan sejumlah uang untuk “menutup perkara”. Ehem…. biasalah tanggal tua, dan oknum-oknum polisi pun menjalankan permainannya. Saya pun dengan sabar menunggu permainan itu selesai. Sekitar jam 4, saya baru boleh pulang kembali ke Yogyakarta dengan motor tersebut.

Hikmah dari peristiwa ini bukan masalah polisi tetapi tentang betapa pentingnya helm standar bagi pengendara sepeda motor. Kepala saya dan adek saya mungkin mengalami luka berat seandainya saya hanya memakai helm biasa, ataupun helm standar yang “tidak standar”.

Sampai saat ini, masih banyak orang yang menggunakan helm standar hanya sebatas karena takut ditilang oleh polisi. Bahkan beberapa tahun lampau, kewajiban pemakaian helm standar di Indonesia sempat ditentang oleh masyarakat karena dianggap sebagai kebijakan yang dibuat-buat dan dipenuhi oleh praktek-praktek KKN (Kolusi Korupsi dan Nepotisme).

Padahal tingkat kecelakaan sepeda motor di negara ini sangat tinggi karena ketidakdisiplinan pengguna jalan itu sendiri. Apalagi setiap tahunnya terjadi pertambahan jumlah pengendara sepeda motor seiring dengan pertambahan penduduk dan semakin terjangkaunya harga sepeda motor sehingga jalanan semakin padat.

Data kepolisian menyebutkan bahwa dari 17.732 kecelakaan yang terjadi pada tahun 2004, 14.223 kecelakaan di antaranya melibatkan sepeda motor. Dengan kata lain, pada tahun 2004 setiap hari ada 39 kecelakaan yang melibatkan sepeda motor.
Sumber : Kompas.com – Aman di Jalan Tidak Dicapai Tanpa Usaha

Sebuah penelitian Badan Litbang Kesehatan Indonesia mengungkapkan bahwa 25% korban kematian dalam kecelakaan adalah pengendara sepeda motor, dan 88% korban tersebut menderita cedera kepala. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian pelindung kepala sangat penting bagi pengendara sepeda motor.

Saat ini ada tiga jenis helm yang banyak dijumpai di toko helm, yaitu : Helm FullFace, Helm 3/4 Face, dan Helm Ciduk/Proyek (1/2 Face).

Tiga Jenis Helm Pengendara Sepeda Motor

Helm 3/4 dijadikan sebagai helm standar minimal untuk keselamatan bagi pengendara sepeda motor biasa. Sedangkan helm Full Face menjadi helm standar untuk olah raga balap motor.

Harga kedua jenis helm standar jauh lebih mahal dibandingkan helm ciduk. Namun saat ini banyak juga helm standar yang harganya terjangkau, meskipun kualitasnya “tidak standar”.

Beberapa pertimbangan saya membeli helm standar :

– Harga helm tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Helm yang terlalu murah terkadang kualitasnya kurang baik, tapi jika memilih helm yang terlalu mahal takut hilang. *nglirik diditjogja (langganan kehilangan helm :).
Beberapa bulan yang lalu saya membeli helm seharga 67 ribu rupiah. Kualitas helm ini pun terbukti sudah ketika kecelakaan kemaren. Helm tersebut hanya mengalami lecet-lecet dan tidak retak/pecah.

- Kualitas Penampakan Luar dan Dalam
Helm yang kuat akan terlihat dari penampakan luarnya yang rapi, terlihat kokoh, tidak ada retakan dan agak sedikit berat. Begitu juga bagian dalamnya akan terasa tebal. Berbeda dengan helm yang tidak standar, biasanya lebih ringan, dan lapisan dalamnya tipis. Sebaiknya kita tidak terlalu percaya dengan stiker logo SNI (Standar Nasional Indonesia) yang tertempel pada helm. Apa sih yang tidak bisa dipalsu di Indonesia?

- Kenyamanan Ukuran Helm
Ukuran helm yang tidak sesuai akan mengorbankan kenyamanan dan keselamatan pemakainya. Helm yang sempit akan membuat tidak nyaman, sedangkan helm yang longgar akan mudah terlepas dan tidak mampu melindungi kepala secara optimal. Oleh karena itu saya tidak sungkan-sungkan mencoba semua ukuran untuk mengetahui mana yang paling nyaman.

Beberapa pengalaman saya yang lalu dan juga yang kemarin ini menunjukkan bahwa helm standar tidak saja berfungsi sebagai pengaman kepala dari benturan. Beberapa fungsi helm standar lainnya, yaitu :
- Melindungi kepala dari panasnya matahari /dinginnya udara malam.
- Melindungi mata dari serangga-serangga di jalanan.
- Melindungi kepala dari kerikil/ pasir yang terlempar di jalanan.
- Menghajar maling motor (pengalaman teman saya sih, tapi sebaiknya jangan ditiru karena malingnya bisa pingsan :)

Nah, Anda pengendara sepeda motor? Sebaiknya mulai membiasakan diri memakai helm standar walaupun hanya menempuh perjalanan dekat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di jalanan. Jadi lebih baik mempersiapkan diri ketika akan memasuki jalanan yang kian padat dan semrawut ini.

Tags: ,

Mood : Bahagia emoticon

23 Responses :


1. Hedi Says:

Helm standar perlu/penting, tapi bukan berarti ga berpeluang parah saat kecelakaan. Ada orang yang dagunya harus dijahit lebih dari lima jahitan walaupun pake helm sangat standar (kelas 300 ribu ke atas).

Btw, soal lampu kuning harusnya bersiap untuk berhenti? CMIIW.



2. zam Says:

untunglah kenz ndak apa-apa..

helm emang perlu, karena secara ndak langsung, nyawa kita berada di dalam kungkungan helm..

@ Hedi: lampu kuning itu artinya: TANCAP GAS!! keburu merah! :D



3. krismariana Says:

setuju! helm standar memang perlu. orang cuma kadang nggak sadar aja akan pentingnya helm tsb…



4. Berlin Says:

Iya helm standar emang perlu banget tapi ya itu klo pake helm standar susahnya berat, bikin ngantuk krn ga da angin dan ga bisa ngeceng. he….
Ya udah untungnya mas ken da pa2 khan? Syukurlah klo gitu



5. rd Limosin Says:

wah, abis kecelakaan nge-blog



6. UARE Says:

rak po po toh kenz?
malem ini aku motoran ke yogya pake helm+sepatu+jaket standart he he. Kotabaru msh banyak duren gak? :)



7. Lita Says:

Helm 3/4 wajah itu favoritku. Walau cuma berstatus penumpang dan gak tiap hari pergi, aku punya helm sendiri. Pas dan enak :)
Gak suka banget sama helm ciduk, serasa gak ngaruh dan kayanya gak banyak ngaruh (untuk menyelamatkan) kalau kepalaku terantuk ke jalanan :p



8. Riyogarta Says:

Jaman saya masih menggunakan motor, pilihan helm saya adalah helm standar full face. Memang tidak nyaman, tetapi memang itulah helm yang benar-benar mengamankan kepala.

Sayangnya, masih banyak pengendara motor yang belum sadar diri akan keselamatan dirinya atau pun penumpangnya dengan menggunakan helm ciduk :(



9. diditjogja Says:

hweeehh….dikau membawa namaku disitu!!
:(
udah gak langganan lagi kok…xixixixi

sukur deh kalo ndak papa, cuman mundur 5 cm to? malah kayak chopper….:D



10. wedhouz Says:

saya pernah pakai helm standar, tapi pelipis tetep "ngocor" waktu tabrakan… padahal helmnya ngga lepas lho…
pernah sudah pakai helm standar dan perlengkapan berkendara sudah lengkap tapi karena lampu kuning sialan… tetep saja disruduk dari belakang…

jadi hikmahnya… hati hati kalo dijalan… :-P



11. tooooooooooopics Says:

Helm Standar Kembali Menyelamatkan Kepala Saya

lha koq pake kembali??? emang kapan kejadian sebelom ini??



12. sa Says:

aduh kamu ituhh..
abis kecelakaan ko ya msh sempet omongi helm secara ditel.
kamu n adek bener2 gpp kan???

sekedar berbagi cerita, klo di londo.. pihak yg bersalah adalah pihak ke 3. alasannya: kok menyetir begitu deketnya?
klo kecelakaan spt kamu terjadi di sini, malah kamu yg hrs bayar kerusakan kendaraan yg ada di depan. bukan yg di depan yg menggantikan.

hati hati yaaa…



13. mysyam Says:

Setelah ke jogja saya baru tau euy ternyata pake helm Ciduk bisa diciduk polisi, lihat aja skrgn di jogja dah ga ada lagi yg brani make helm ciduk..



14. kenz Says:

@hedi
lampu kuning itu tanda mau berhenti. tapi kalau disini beda. saya pernah ditabrak sama bis dari belakang, gara-gara lampu kuning jalan pelan.

@topics
hehehe… dulu pernah sekali sih, tapi kecelakaan tunggal masuk parit, gara-gara pasir di tikungan:D

@mba sa
mba… disini ini beda budaya, kendaraan sangat padat, mau jaga jarak gimana? kalau jam padat saja, jarak dengan kendaraan yg lain hanya 0.5 meter.

lha.. kalau di belanda.. ga usah punya motor aja… pake sepeda lebih enak… :D



15. mina Says:

syukur kenz udah bisa ngeblog :D
adikmu gak papa kan, ken? -sok akrab-
helm standar gak menjamin kok, saya pernah lihat orang kecelakaan, dia pake helm standar, meninggal juga. menurutku sih, kalo terbentur, bisa aja kepala aman, tapi leher bisa patah kalo benturannya terlalu keras.



16. Pu! Says:

wah pelan2 ya?
kok saya ga bisa ya
kalo di jalan solo tu paling ga tahan utk tarik gas kenceng2 :D



17. moon Says:

ohh..helmet/topi keledar jika di Malaysia :)

Di sini, jika tidak memakai helmet akan dikenakan saman/kompaun. Satu kemestian untuk memakainya jika menunggang motorsikal di jalan raya.

Nasib baik kenz pakai helmetnya ya..kalau tidak, kepalanya ada gegaran gitu, boleh hilang ingatan, haha :P



18. he Says:

kapan punya waktu nyuci helm ya?



19. PriyayiSae is Back Says:

helm… emang enak luar dalem… aman! :d



20. mufti Says:

Helm tersebut hanya mengalami lecet-lecet dan tidak retak/pecah.

Kalo dah retak gitu berarti dah nggak standar lagi donk.
Terus layatnya nggak jadi?



21. Kenz Says:

@mufti
motor saya ditahan polisi sampai jam 5, trus jaket sobek2.. tangan juga luka-luka… kepala pusing2.. hehe… terpaksa balik kanan deh. helmnya sih gak keliatan retak, jadi masih dipakai, nanti kalau ada uang deh beli yg baru :D



22. kian Says:

wuah ..kalo aku pasti malah fokus ke polisi rese nya itu..(rese ga rese seh…)ujung2nya kok minta dibayar….

back to helm…dulu aq pernah juga tabrakan…huhu tabrkan memalukan karena aq nabrok mobil yg lag berhenti karena lampu merah plus macet( aq tabrak lantaran ketiduran) dan kepalaku aman padahal sempet "nyium" bodi mobilnya tapi bibir ku ga aman..lantaran pake masker bak tentara itu…hehhehh…

btw..kalo aq pake helm standarku karena biar aman , bebas debu, mata ga sakit



23. Herdoni Wahyono Says:

“Helm standar kembali menyelamatkan kepala saya” . Pengalaman yang sangat berharga bagi Anda dan orang lain. Helm dan alat pengaman lainnya hanyalah sarana kita dalam melindungi tubuh kita dari akibat yang fatal. Hendaknya kita bertindak hati-hati di jalan, mematuhi aturan lalu lintas dan memohon keselamatan dari Tuhan. Karena pada hakekatnya Tuhanlah yang menyelamatkan kita, bukan helm yang kita kenakan !



Leave a Reply





XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>



pakupaku

kenzKENZ.
Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA,
interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.

Life Age: 16253 days
Emotional
22.3%
Bioritme Status
Physical
-81.7%
Bioritme Status
Intellectual
-9.5%
Bioritme Status





Jangan Asal
Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta.


Bloglines
Feedburner
Get KlipFolio
Get Firefox
Get Opera
Valid XHTML

Catatan Hanging RSS Feed RSS Entries
Catatan Hanging Comments RSS Feed RSS Comments
Catatan Hanging SideNotes RSS Feed RSS SideNotes

27q. 0.108s.
Powered by WordPress
© 2006
All rights reserved.

Kode Etik Blogger Indonesia