Sore ini, seorang anak kecil yang berbaju ‘kucel’ mendekati saya yang sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas di suatu perempatan. Tampangnya lucu mirip photo saya waktu kecil dulu, lengkap dengan ‘umbel’ yang menetes ala anak kecil. Telapak tangan kanannya membuka dengan posisi meminta, sedangkan telapak kirinya menarik-narik celana jins saya. Tanpa kata, dia menunjukkan wajah memelasnya.
Saat itu benar-benar saat yang menegangkan bagi saya. Dua pilihan gerakan motorik sudah saya siapkan, mengambil uang receh di kantung celana saya, atau menggerakkan sedikit saja kelima jari saya sebagai tanda menolak. Rupanya gerakan motorik kelima jari lebih mudah saya lakukan beberapa tahun terakhir ini. Entahlah sudah berapa kali saya mengambil keputusan yang berlawanan dengan rasa belas kasihan.
Read the rest of this entry »