Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan teman smp saya, yang sekarang menjabat sebagai konsultan sementara sebuah perusahaan pengembangan sistem informasi di kota Jogjakarta. Dalam suasana pembicaraan antar teman akrab yang jarang bertemu, saya kembali mendengar sebuah keluhan dan ketakutan dari teman saya tentang diskriminasi dalam karir.
Teman saya itu dulu memegang jabatan manajerial di perusahaan yang sama dengan saat ini, sambil menyelesaikan S2nya. Entah kenapa, saya mendapati namanya dalam tes rekrutmen suatu perusahaan negara yang terkenal di negeri ini. Saya tahu ayahnya bekerja dalam perusahaan tersebut, tapi saya yakin dia pasti diterima di perusahaan tersebut karena dia memang orang yang pintar sejak SD. Ayahnya bukanlah pemegang jabatan tinggi di perusahaan tersebut, meskipun kata teman saya, ayahnya sudah lama sekali bekerja disana.