Thursday, 15.03.2007
[
Social Life ]
Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan teman smp saya, yang sekarang menjabat sebagai konsultan sementara sebuah perusahaan pengembangan sistem informasi di kota Jogjakarta. Dalam suasana pembicaraan antar teman akrab yang jarang bertemu, saya kembali mendengar sebuah keluhan dan ketakutan dari teman saya tentang diskriminasi dalam karir.
Teman saya itu dulu memegang jabatan manajerial di perusahaan yang sama dengan saat ini, sambil menyelesaikan S2nya. Entah kenapa, saya mendapati namanya dalam tes rekrutmen suatu perusahaan negara yang terkenal di negeri ini. Saya tahu ayahnya bekerja dalam perusahaan tersebut, tapi saya yakin dia pasti diterima di perusahaan tersebut karena dia memang orang yang pintar sejak SD. Ayahnya bukanlah pemegang jabatan tinggi di perusahaan tersebut, meskipun kata teman saya, ayahnya sudah lama sekali bekerja disana.
Read the rest of this entry »
Posted by
Kenz at 16:45 on
Catatan Hanging |
9 Comments |
Friday, 16.02.2007
[
Social Life ]
Beberapa hari yang lalu saya mendapat email dari seseorang yang belum saya kenal. Email tersebut intinya berisi keluhan atas permasalahan dana rekonstruksi korban gempa bumi yang melanda Jogjakarta dan sekitarnya tempo hari. Pengirim email ini sepertinya bingung hendak menyampaikan uneg-unegnya kemana sehingga saya menjadi salah satu penerima email ini.
Mungkin dalam kasus ini, saya hanya bisa membantunya dengan mempublikasikan cerita tersebut di blog sebagai bentuk keprihatinan saya (*jika benar terjadi). Mari kita simak unek-unek teman kita ini :
Read the rest of this entry »
Posted by
Kenz at 15:19 on
Catatan Hanging |
9 Comments |
Monday, 07.08.2006
[
Social Life ]
Penulis idola saya, Ariel Heryanto dalam kolom asal usul di harian Kompas menulis tentang Nadine :
Indonesia semakin mirip bangsa-bangsa bekas jajahan Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang tidak mampu menulis satu halaman atau bicara lima menit dalam bahasa Indonesia yang mulus, tanpa istilah-istilah bahasa Inggris mutakhir yang sedang pop. Mereka juga tidak mampu menulis satu halaman atau bicara lima menit dalam bahasa Inggris yang mulus, tanpa berlepotan logat dan pengaruh tata-bahasa bahasa Indonesia. Ada banyak Nadine di antara yang menertawakan Nadine.
Saya sangat setuju dan mendukung pernyataan itu karena realitanya adalah seperti yang telah dijelaskan juga dalam tulisan itu :
Sudah puluhan tahun istilah dari bahasa Inggris bertaburan di media Indonesia. Juga sebagai nama tempat atau judul filem atau dalam percakapan sehari-hari. Tetapi, ada beda yang penting di antara 30 tahun lalu dan sekarang. Dulu istilah-istilah asing itu sering dipakai pada saat tidak diperlukan. Istilah itu sengaja dipilih pemakainya justru karena banyak yang tidak paham, supaya tampak keren atau hebat. Mirip istilah-istilah Arab yang sekarang mulai bertebaran dan naik pamornya di Indonesia. Atau istilah Sansekerta di zaman Orde Baru.
Sekarang ungkapan bahasa Inggris bertaburan sehari-hari tanpa disengaja penuturnya. Tanpa memberi kesan hebat atau keren. Istilah-istilah itu hadir dalam tulisan dan percakapan orang berbahasa Indonesia, Jawa atau Bali, karena pemakainya tidak tahu cara lain untuk merumuskan pikirannya.
Asal Usul : Nadine [Ariel Heryanto]
Ada yang kehilangan cerminkah?
Posted by
Kenz at 6:55 on
Catatan Hanging |
6 Comments |
Thursday, 20.07.2006
[
Social Life ]
Seperti yang saya ketahui bahwa negara Indonesia adalah negara yang sangat produktif dalam menghasilkan kutukan dan hujatan baik bagi sesama warganegaranya sendiri, maupun bagi negara-negara asing khususnya yang kebarat-baratan. Tak selang beberapa waktu setelah tsunami melanda pantai Laut Selatan Jawa, mulai bermunculan hujatan dan kecaman. Kali ini Menneg Ristek yang kena kecaman karena dianggap lalai memberikan informasi kepada publik.
Menyalahkan orang lain adalah nomer satu dibanding memberikan bantuan kepada korban bencana di negeri ini. Hal ini sama dengan media-media berita kita yang menyalahkan pemerintah yang terkesan lambat dalam menyalurkan bantuan dalam bencana gempa bumi yang melanda Jogja dan Jateng akhir Mei 2006 yang lalu. Padahal situasi medan, banyaknya korban dan luasnya daerah bencana menjadi faktor penghambat utama dalam penyaluran distribusi bantuan kala itu.
Apa salahnya jika energi kita menyalahkan orang lain digantikan dengan energi untuk membantu dan memperbaiki sistem secara bersama-sama? Begitu munafikkah masyarakat negara kita sehingga melihat dengan jelas selumbar di mata orang lain tetapi balok di mata kita sendiri tidak terlihat?
Read the rest of this entry »
Posted by
Kenz at 9:47 on
Catatan Hanging |
11 Comments |
Friday, 02.06.2006
[
Social Life ]
Mungkin kesibukan saling menyalahkan dan mengecam satu sama lain sudah menjadi kekhasan bangsa kita dalam menghadapi berbagai bencana yang silih berganti. Beberapa waktu yang lalu, seorang artis mengecam pengendara mobil mewah yang tidak mau berhenti menyumbangkan uang bagi korban Gempa Jogja. Bagaimana jika pengendara itu memang tidak membawa uang? Atau mungkin dia memilih menyumbang uang melalui bank dalam jumlah yang lebih besar?
Ada lagi seorang tokoh politik yang menyalahkan pejabat karena banyak pejabat yang tidak mau datang ke lokasi bencana untuk memberikan empati kepada korban? Tetapi ketika giliran pejabat datang ke lokasi bencana, media memberitakan bahwa kedatangannya tidak berguna dan menganggu kelangsungan proses evakuasi korban. Jika Anda jadi pejabat apa yang ada lakukan? Begini disalahkan, begitu disalahkan?
Beberapa orang yang katanya ahli dalam masalah penanganan bencana, hanya bicara, dan bicara di televisi dan radio. Lagi – lagi menyalahkan prosedur birokrasi, ataupun kesalahan sistem manajemen penanganan bencana yang dilakukan oleh banyak pihak. Saya tidak tahu apakah hal yang mereka bicarakan itu akan memecahkan masalah?
Read the rest of this entry »
Posted by
Kenz at 1:15 on
Catatan Hanging |
3 Comments |