Gempa bumi di Jogja dan sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 benar-benar merupakan suatu tragedi yang sangat menyedihkan bagi semua korban yang mengalami bencana. Ribuan orang telah kehilangan tempat tinggal dan harta benda, kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan harapan hidup, kehilangan pekerjaan dan juga kehilangan semangat untuk melanjutkan hidup. Mereka tidak hanya terluka secara fisik tapi juga terluka secara psikis (trauma). Jumlah orang yang mengalami trauma jauh lebih banyak dibandingkan oleh korban yang menderita secara fisik. Efek emosional dari trauma akan pengalaman bencana ini akan timbul dengan segera ataupun beberapa waktu yang akan datang.
Sangat penting bagi sukarelawan ataupun pemberi bantuan di lapangan untuk memahami kondisi psikologis para korban sehingga dapat memberikan pertolongan yang optimal baik secara fisik maupun secara psikis.
Berikut ini adalah beberapa respon awal manusia ketika mengalami bencana, yaitu takut, cemas, tidak berdaya, disorientasi pikiran, panik, tidak rela kehilangan harta benda, memikirkan keadaan anggota keluarga yang lain, sulit untuk mengambil keputusan, membutuhkan informasi, dan mencoba menolong anggota keluarganya ataupun korban lainnya.
Respon berikutnya akan muncul dalam beberapa waktu setelah bencana, yaitu tidak berselera makan, sulit tidur, pusing, marah, curiga yang berlebihan, lesu, depresi, menangis tanpa sebab, frustasi, tidak berdaya, terkena penyakit fisik ringan, merasa bersalah, kekecewaan, ketidakpastian masa depan, menarik diri dari lingkungan sosial, penolakan terhadap orang lain dan juga memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Beberapa saran untuk para relawan dalam memberikan bantuan emosional pada korban gempa Jogja :
Read the rest of this entry »