pakupaku
Thursday, 23.02.2006 22:01

Menolong itu Sulit [Bagian I : The Law of Effect]

Posted on Psychology.

Sore ini, seorang anak kecil yang berbaju ‘kucel’ mendekati saya yang sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas di suatu perempatan. Tampangnya lucu mirip photo saya waktu kecil dulu, lengkap dengan ‘umbel’ yang menetes ala anak kecil. Telapak tangan kanannya membuka dengan posisi meminta, sedangkan telapak kirinya menarik-narik celana jins saya. Tanpa kata, dia menunjukkan wajah memelasnya.

Saat itu benar-benar saat yang menegangkan bagi saya. Dua pilihan gerakan motorik sudah saya siapkan, mengambil uang receh di kantung celana saya, atau menggerakkan sedikit saja kelima jari saya sebagai tanda menolak. Rupanya gerakan motorik kelima jari lebih mudah saya lakukan beberapa tahun terakhir ini. Entahlah sudah berapa kali saya mengambil keputusan yang berlawanan dengan rasa belas kasihan.

Setiap kali saya dihadapkan dalam posisi itu, saya selalu ingat pelajaran yang diberikan oleh profesor psikologi sosial di kampus saya. Berkali – kali beliau mengatakan dengan gayanya yang khas bahwa menolong itu sulit, karena perilaku menolong adalah sesuatu yang kompleks, berkaitan dengan motif di balik perilaku menolong itu, maupun akibat yang ditimbulkan dari perilaku menolong tersebut.

Dalam tulisan ini, perilaku menolong yang saya maksudkan adalah perilaku memberikan uang kepada anak jalanan di perempatan jalan. Tanpa kita sadari budaya menolong kita telah memelihara anak jalanan dan pengemis-pengemis di jalanan. Mengapa demikian?

Jawabannya ada pada Law of Effect Thorndike berikut ini :

Law of Effect, once a connection is made the strength of that connection is depended on what follows. A reward will strengthen that behaviour and a punishment will weaken the behaviour, later Thorndike added that rewards are more important than punishment.

Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang berakibat menyenangkan akan cenderung diulangi daripada perilaku yang memiliki akibat tidak menyenangkan.

Dengan kata lain, Hadiah/penghargaan akan memperkuat suatu perilaku dilakukan kembali sedangkan hukuman akan memperlemah suatu perilaku dilakukan kembali. Beberapa tahun kemudian Thorndike menambahkan bahwa hadiah lebih efektif daripada hukuman untuk membentuk suatu perilaku.

Uang receh yang kita berikan kepada anak jalanan atau pengemis jalanan merupakan suatu bentuk hadiah/penghargaan yang memiliki akibat yang menyenangkan. Oleh karena itu setiap pemberian hadiah kepada mereka akan membuat mereka semakin betah di jalanan dan memperkuat perilaku mereka mengemis di jalanan.

Memberikan uang kepada mereka di jalanan merupakan suatu perilaku menolong yang terpuji karena membantu mereka untuk bertahan hidup di jalanan. Sedangkan menolak untuk memberikan uang kepada mereka adalah suatu perlawanan hati nurani dan rasa kemanusiaan kita sebagai sesama manusia.

Sekarang pilihan itu terletak pada kita sendiri, tetap membiarkan mereka di jalanan dengan pemberian penghargaan kepada mereka, ataukah mengingkari rasa belas kasihan kita untuk mengeluarkan mereka dari jalanan?

Tags: , , , ,

Mood :

7 Responses :


1. moon Says:

sememangnya kalau kita sentiasa saja menolong, orang yang ditolong itu tidak jadi independent, sentiasa saja mahu dibantu kerana dalam ingatannya kita akan sentiasa memayunginya setiap masa.
Tapi terkadang perasaan belas kasihan itu memang melebihi segalanya. Cuma kadang2 saya lihat juga siapa yang meminta (peminta sedekah, atau cuma orang buta yang menjual barangan, atau kanak2 meminta derma ihsan etc)



2. doeljoni Says:

Ken… gw setuju dengan dasar argument loe
walaupun mungkin kurang sreg dengan kesimpulannya untuk tidak memberi mereka sekadar duit receh…

IMHO, Mungkin akan lebih pas kalo kesimpulannya mengarah pada realisasi problem solving, yang tentunya akan butuh effort yang jauh lebih besar dari memberi uang receh…

Sebuah perjuangan untuk memerdekakan mereka…

Begitu kali ya Ken ?

Ohya ini masih part I kan ? Wah.. jangan-jangan saya komentar terlalu pagi nih…

Jangan lama-lama bikin penasaran…
Segera publish part II nya ya.. hehehehhee…

** tukang maksa **



3. yoan Says:

wah….wah….postingannya menyentuh sekali….

but..klo niat baik kita untuk menolong ternyata dikibulin ma orang yang kita tlong kan kesel juga…

jo pernah tuh nolongin ibu2 yang ngakunya dia kesasar….sumpah duit yang kebetulan ada diakntong sekitar 10rb yasuw dikasih aja ma tuh ibu….eh…ga tahunya besoknya ketemu lagi ma tuh ibu….n dia minta lagi ke jo dengan alasan yang sama…coba… siapa ga kesel:(

berbuat baik salah ga berbuat baik juga salah… *dunia yang aneh*



4. ige Says:

Setuju banget dengan tulisan ken…
tapi buat aku pribadi mungkin aku milih ga lawan hati nurani buat nolong kali ya…
suka merasa bersalah yang berkepanjangan
keukeuhin niat aja…menolong karena merasa mereka butuh, lillahi taala…abis tu lega de…
meski ada kemungkinan ditipu pun yang penting niat kita baek…..getu deeeeee



5. kenz Says:

#doeljoni
Engga terlalu pagi kok, tapi saya hanya ingin fokus pada proses psikologisnya saja ;)

Untuk problem solving masalah anak jalanan sudah banyak, dan diseminarkan dimana-mana. Tapi fenomena ini sangat kompleks, nanti deh saya tuliskan beberapa problem solving realnya dengan teori-teori yang sama.

thanks.



6. nananias Says:

kalo saya sementara ini simpel, sepanjang saya masih belum mampu melakukan lebih dari sekedar memberi uang receh, saya akan tetap memberi mereka uang receh. ga bakal bikin kita kekurangan kan? at least my justification is i do what i can do (at the moment) hehe nice post!



7. dianti Says:

emang serba salah ya. Ga ngasih ga tega. Kalo ngasih, berarti kita ga memberikan pembelajaran utnuk mereka (anak-anak jalanan ato pengemisnya).
Sejauh ini, yang udah bisa gue kerjain ya… ikutin kata hati gwe. Kalo gwe merasa bisa ‘kebal’ dengan ga ngasih dan kebetulan ga ada duit receh, so ga ngasihlah gwe. Sebaliknya, kalo lagi ada duit receh & kayanya tampang anak jalanannya ato pengemis nya memelas, ya… gwe nge-share deyh. Intinya, gwe pribadi kayanya depends on ‘little peny’ yang ada di kantong baju kali yea.
Trims Kenz, untuk blognya yang sarat informasi.

-d-



Leave a Reply





XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>



pakupaku

kenzKENZ.
Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA,
interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.

Life Age: 16245 days
Emotional
90.1%
Bioritme Status
Physical
94.2%
Bioritme Status
Intellectual
99%
Bioritme Status





Jangan Asal
Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta.


Bloglines
Feedburner
Get KlipFolio
Get Firefox
Get Opera
Valid XHTML

Catatan Hanging RSS Feed RSS Entries
Catatan Hanging Comments RSS Feed RSS Comments
Catatan Hanging SideNotes RSS Feed RSS SideNotes

26q. 0.090s.
Powered by WordPress
© 2006
All rights reserved.

Kode Etik Blogger Indonesia