![]() ![]()
Tuesday, 28.03.2006 20:55
Tinggalah di Dalam AkuHari ini adalah hari kedelapan setelah kepergian Papi. Ibu saya sepertinya berjuang sekuat tenaga untuk tetap kuat dan tabah. Dia tidak pernah terlihat menangis lagi di hadapan saya semenjak Papi dimakamkan. Mungkin untuk menjaga situasi kesedihan di rumah agar tidak berlarut-larut. Terkadang Ibu saya mengingkari kenyataan dengan menganggap Papi masih ada dan masih hidup. Dia bercerita pada orang lain bahwa ketika mengunjungi makam Papi, Dia menganggap itu adalah makam orang lain. Ibu saya masih belum percaya benar dengan kenyataan ini, meskipun di lain waktu dia mengatakan bahwa mungkin semua ini sudah menjadi kehendak Allah dan itu adalah jalan yang terbaik untuk keluarga kami. Saya kagum dengan ketegarannya. Jam-jam doanya terlihat lebih lama, terkadang saya diingatkan untuk berdoa jika akan berangkat tidur. Beberapa hari ini, saya terus menemani Ibu saya untuk memperkecil waktu sendiriannya. Setiap waktu, selalu saja ada ceritanya tentang kenangan-kenangan bersama Papi. Setiap barang dan sudut tempat di rumah ini, seakan menjadi pemicu kenangan-kenangan itu. Saya sendiri terkadang mendengarkan dengan perasaan haru dan menahan untuk tidak menangis jika Ibu saya sedang menceritakan Papi. Setahu saya, Papi tidak bisa menyanyi dari dulu. Waktu saya kecil, dia mengatakan kepada saya di gereja. Jika saya tidak hafal lagu atau tidak bisa menyanyikannya, saya cukup mendendangkannya dan mengikutinya dengan ‘em..emmmm.. emm..’ (mendendangkan dengan mulut terkatup, apa ya istilahnya? Seperti ‘akapela’ gitu kali ya:) Saya ingat betul kenangan itu meski waktu itu saya masih berumur 6 tahun. Beberapa waktu sebelum kepergian Papi, Ibu saya sering mendapati Papi menyanyikan suatu lagu. Bahkan pernah mendapati teks lagu ini tersimpan di kantung bajunya. Jika lingkungan kami tugas koor, Papi sangat semangat menyanyikan lagu ini. Bahkan obsesinya ingin menjadikan lagu ini sebagai lagu khas lingkungan kami. Tanpa saya duga sebelumnya. Ibu saya tiba-tiba menyanyikan lagu ini. Baru kali ini saya mendengar Ibu saya menyanyi secara spontan di hadapan saya. Dia menyanyikan lagu ini sampai selesai. Saya ‘terenyuh’ juga mendengarnya, saya menutupi ekspresi muka saya dengan pura-pura membaca text lagu ini. Setidaknya Ibu saya tidak tahu kalau saya menangis di balik text lagu ini ketika dia menyanyikan lagu tersebut bait demi bait. Mungkin Ibu saya ingin menunjukkan rasa cintanya pada Papi dan mengekspresikan segala rasa sedih kehilangan orang yang dicintainya. Ini adalah kutipan text syair lagu yang sangat disukai oleh Papi :
Sebuah lagu yang memang cocok dengan situasi hidup Papi. Dia selalu tertarik mendengarkan cerita saya tentang perjalanan naik gunung yang kerap saya lakukan. Pemandangan dari kamar Papi adalah pemandangan gunung Ciremai yang menjulang anggun. Setiap pagi beliau selalu menyempatkan diri untuk menikmati pemandangan sambil mengisap rokok-rokoknya. Mungkin itulah pemaknaan spiritualitas hidupnya. Hidupnya telah menjadi bermakna dan berbuah banyak, karena Papi selalu tinggal dalamNYA. ————————–
Mood : ![]() 3 Responses :
2. October 19th, 2007 at 11:45 deden Says: thanks atas motivasi.aku sadar kalo hidup hidup perlu perjuangan aku juga pecinta berat paduan suara.dan aku juga pengagum karyamu.kalo boleh aku mita partiturmu lebih banyak gimana caranya 3. October 19th, 2007 at 11:47 deden Says: thanks atas motivasinya
Leave a Reply
![]() ![]() | ![]() ![]() ![]() Live in JOGJA [IDX0058] - INDONESIA, interested in study about human behavior, enjoy some activities like coding, hiking in the mountains, surfing on the net, and listening 'hanging'.
Categories Jangan Asal Copy Paste, Blog Juga Hasil Karya Cipta. Bloglines Feedburner Get KlipFolio Get Firefox Get Opera Valid XHTML ![]() ![]() ![]() 27q. 0.089s. Powered by WordPress © 2006 All rights reserved. |