Mungkin kesibukan saling menyalahkan dan mengecam satu sama lain sudah menjadi kekhasan bangsa kita dalam menghadapi berbagai bencana yang silih berganti. Beberapa waktu yang lalu, seorang artis mengecam pengendara mobil mewah yang tidak mau berhenti menyumbangkan uang bagi korban Gempa Jogja. Bagaimana jika pengendara itu memang tidak membawa uang? Atau mungkin dia memilih menyumbang uang melalui bank dalam jumlah yang lebih besar?
Ada lagi seorang tokoh politik yang menyalahkan pejabat karena banyak pejabat yang tidak mau datang ke lokasi bencana untuk memberikan empati kepada korban? Tetapi ketika giliran pejabat datang ke lokasi bencana, media memberitakan bahwa kedatangannya tidak berguna dan menganggu kelangsungan proses evakuasi korban. Jika Anda jadi pejabat apa yang ada lakukan? Begini disalahkan, begitu disalahkan?
Beberapa orang yang katanya ahli dalam masalah penanganan bencana, hanya bicara, dan bicara di televisi dan radio. Lagi – lagi menyalahkan prosedur birokrasi, ataupun kesalahan sistem manajemen penanganan bencana yang dilakukan oleh banyak pihak. Saya tidak tahu apakah hal yang mereka bicarakan itu akan memecahkan masalah?
Begitu pula dengan media massa yang menjadikan bencana sebagai sebuah kesempatan untuk meningkatkan rating medianya di mata audiens. Terkadang berita yang satu saling bertolak belakang, sebentar menyalahkan pemerintah sebentar lagi mendukung upaya pemerintah. Plin plan dan cenderung bermain dengan emosi sehingga audiens terus mengikuti berita – berita mereka layaknya menonton sinetron.
Ada lagi fenomena menarik yang saya lihat di lokasi gempa Jogja di Klaten. Banyak mobil mewah berseliweran dan terkadang berbondong-bondong. Di satu pihak mereka adalah dewa penolong bagi korban, tapi di pihak lain beberapa orang merasa tersinggung karena mereka merasa menjadi obyek wisata gempa yang patut ditonton. Sungguh suatu dilemakah?
Mari kita lihat sisi yang lain dari orang-orang yang terlalu sibuk mengurus korban sehingga tak sempat menyalahkan ataupun berbicara tentang banyak hal.
Mereka adalah para pelajar yang rela membantu memindahkan korban di rumah sakit-rumah sakit ataupun hanya sekedar menemani korban yang tergeletak sendirian tanpa sanak keluarga.
Mereka adalah para mahasiswa dengan sepasukan kendaraan bermotor yang mencoba menembus daerah bencana untuk mendirikan posko dan menyampaikan bantuan seadanya.
Mereka adalah relawan yang datang bermodal semangat tulus untuk membantu korban, ataupun semangat kebersamaan untuk menghibur anak-anak korban gempa.
Mereka adalah petugas medis yang terus menerus harus bergerak untuk menolong ratusan korban dengan keahliannya.
Mereka adalah para penderma yang menyisihkan harta miliknya melalui posko-posko ataupun aliran dana ke rekening-rekening penyalur bantuan.
Saling menyalahkan hanya membuang energi untuk sesuatu yang tidak perlu. Setiap penanganan bencana memiliki kompleksitas masalah yang berbeda satu sama lain. Itu adalah sesuatu yang wajar, apalagi jika daerah yang terkena bencana meliputi daerah yang sangat luas, ditambah lagi tidak semua pihak terlatih dalam menghadapi bencana maupun menanganinya. Biarlah ini menjadi suatu pembelajaran bersama semua pihak untuk menghadapi bencana serupa di masa mendatang.
Banyak jalan membantu korban Gempa Jogja dan Jateng, kita semua dapat berpartisipasi dan memilih jalan yang sesuai dengan situasi dan kemampuan kita.
Situasi, Kemampuan Kita >>> Bentuk Bantuan
Tidak punya waktu dan tidak punya uang/barang >>> berdoalah, doakan sesama yang tertimpa musibah, dan juga untuk para relawan, berdoa juga agar dijauhkan dari bencana
Tidak punya waktu >>> uang, barang, makanan, tenda, alat masak, tikar yang dikumpulkan melalui posko-posko penyaluran di daerahnya masing-masing
Punya waktu luang dan tenaga >>> menjadi sukarelawan di rumah sakit, di posko-posko ataupun terjun langsung melakukan evakuasi
Punya waktu luang, tenaga dan memiliki keahlian >>> menjadi relawan sesuai dengan bidang keahliannya
Berhenti saling menyalahkan dan mengecam, mari bekerja bahu-membahu untuk sesama kita yang tertimpa musibah. Semoga Tuhan membalas kebaikan dan ketulusan pertolongan kita semua.
Tags: bencana, gempa bumi, indonesia, refleksi, sosial, yogyakarta
Mood :
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Anda tidak perlu mengcopy-paste keseluruhan artikel ini dan meletakkan di blog Anda, gunakanlah cara yang lebih elegan yaitu dengan pengutipan yang dilengkapi sumber informasi ataupun menggunakan alat kliping online seperti :
Anda juga tidak perlu memindahkan tulisan blog Anda di komentar blog ini, gunakanlah alamat trackback ini untuk menghubungkannya.
Terima kasih, semoga membawa manfaat.