Kemaren pagi, teman kuliah saya uring-uringan di kelas. Pagi itu handphonenya dicopet di bus kota yang mengantarkannya ke kampus. Rasanya belum lama saya mendapat kabar jika seorang teman saya kecopetan. Beberapa hari yang lalu saya juga membaca berita tentang korban pencopetan di bus kota. Ketika saya membuka pembicaraan tentang copet di kantin, lalu mengalirlah cerita aksi-aksi pencopetan di atas bus kota di Yogyakarta yang membuat trauma teman-teman saya.
Benarkah bus kota di Yogyakarta adalah kantor bagi para pencopet? Saya rasa hampir semua pengguna bus kota di Yogyakarta pernah mengalami pengalaman buruk bersama para pencopet sialan itu, termasuk saya. Jangan salahkan saya, dan teman-teman jika pada akhirnya tidak begitu tertarik naik bus kota. Lebih baik membeli kendaraan pribadi, selain bebas dari pencopetan juga dapat langsung mencapai tempat tujuan dengan cepat.
Masalahnya sekarang adalah banyaknya kendaraan pribadi malah membuat kemacetan di jalan-jalan kota Yogyakarta. Cobalah lewat jalan Affandi pada jam 4-5 sore atau jalan Kaliurang menuju UGM pada jam 4-5 sore. Anda akan merasakan kemacetan di kota Yogyakarta. Kemacetan karena ruas jalan yang tidak lagi bisa menampung banyaknya kendaraan bermotor. Transportasi masal menjadi solusi untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor di jalanan kota Yogyakarta. Namun kenyataannya, transportasi masal seperti bus kota justru adalah transportasi yang tidak nyaman dan tidak aman, bahkan saat ini sudah seperti kantor (tempat bekerja) bagi para pencopet.
Kembali ke masalah pencopetan, para pencopet di bus kota Yogyakarta cenderung bekerja secara berkelompok terdiri dari 2-4 orang. Selain dapat bekerja sama satu sama lain, kerja kelompok menambah keberanian dan kepercayaan diri mereka. Beberapa trik aksi pencopetan yang biasa mereka lakukan di bus kota adalah sebagai berikut :